Hilangkan Panas, Bukan Bumi, Solar Attic Fan dari Limbah Kelapa Sawit sebagai pengganti AC Ramah Lingkungan
Ditulis oleh Hilma Shalihat
Emisi adalah salah satu bom yang sedang meledak di bumi kita. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan suhu secara global telah menjadi perhatian paling serius di seluruh dunia. Laporan penelitian dari IPCC memproyeksikan bahwa pada akhir abad ke-21, peningkatan suhu global akan melangkah diatas ambang batas kritis 2°C. Tahun 2023 menandakan kenaikan hingga 1,5°C dari target. Prediksi serupa untuk 2024 menunjukkan bahwa pemanasan ini tak terelakkan tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi bom ini yaitu emisi gas rumah kaca. Di indonesia dengan suhu 38.4°C, salah satu sumber emisi terbesar adalah penggunaan pendingin buatan dalam rumah tangga, yaitu AC, yang kian meningkat seiring suhu semakin panas. Emisi gas CFC dari AC berperan besar dalam merusak lapisan ozon. Dalam konteks ini, inovasi teknologi yang ramah lingkungan seperti Solar Attic Fan berbasis limbah komposit abu boiler dari kelapa sawit menawarkan solusi yang relevan dengan keberlanjutan.
Emisi gas rumah kaca tidak hanya berpengaruh terhadap suhu udara luar tetapi juga pada suhu di dalam ruangan , terutama rumah dengan arsitektur atap perisai. Model atap ini rentan terhadap pengumpulan panas di bawah langit langit. Sehingga meningkatkan ketergantungan. Penggunaan AC menjadi pilihan cepat untuk mengatasi panas ini, tetapi juga menjadi pilihan cepat untuk merusak lingkungan. Oleh karena itu, solusi pendingin ruangan yang ramah lingkungan dan efisien menjadi kebutuhan mendesak di tengah perubahan iklim yang terjadi.
Ternyata emisi tidak hanya diproduksi dari pendingin buatan saja. Kelapa sawit juga menghasilkan emisi gas melalui pembakaran abu boiler, termasuk karbon dioksida (CO2) dan partikel halus lainnya, Tidak hanya merusak bagi lingkungan namun juga merusak makhluk hidup. Dari segi lingkungan bu boiler ini dapat mencemari tanah dan air di sekitarnya jika tidak dikelola dengan baik, terutama karena abu ini mengandung mineral yang bisa mempengaruhi keasaman tanah dan kualitas air, Timbunan limbah abu memerlukan ruang yang cukup luas. Dalam beberapa kasus dapat mencemari area pertanian atau pemukiman di sekitarnya.
Limbah abu boiler Kelapa sawit menunjukan bahwa abu ini memiliki kandungan silika tinggi, yaitu sekitar 58,02%. Studi ini mengungkapkan bahwa pemanfaatan limbah abu kelapa sawit sebagai material bangunan dapat mengurangi ketergantungan pada material fosil. Beberapa penelitian juga sudah menguji efektivitas silika sebagai komponen elektrolit dan katoda dalam perangkat energi terbarukan. Hasilnya menunjukkan bahwa silika dapat berperan sebagai konduktor termal yang baik dalam sistem bateria surya. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa Solar Attic Fan dapat menurunkan suhu ruangan secara efektif dengan memanfaatkan energi surya untuk mengeluarkan panas yang terperangkap di bawah atap. Walaupun perangkat ini menunjukkan efektivitas dalam menurunkan suhu dalam ruangan, penelitian ini hanya mengandalkan material konvensional seperti alumunium dan tidak mempertimbangankan penggunaaan bahan limbah sebagai elemen utamanya.
Karya ini meliputi serangkaian tahap yang sistematis. Mulai dari persiapan bahan hingga perakitan solar attic fan, dengan fokus pada pemanfaatan limbah abu boiler kelapa sawit sebagai bahan utama.
1. Persiapan Bahan
- Limbah abu boiler kelapa sawit yang diperoleh dari industri pengolahan dan dikarakterisasi untuk memastikan kandungannya.
- Abu ini kemudian diolah untuk mendapatkan silika (S1O2) yang akan digunakna sebagai katoda dlama komponen sel surya.
- Persiapan anoda aluminium dilakukan untuk melengkapi komponen sel surya, dengan bahan yang dipilih dengan konduktivitas termal yang baik.
2. Pembuatan
- Sel surya dirancang menggunakan lapisan silika hasil pemurnian abu boiler sebagai katoda, sedangkan alumunium digunakan sebagai anoda
- Silika diproses menjadi lapisan tipis yang diaplikasikan pada permukaan katoda dengan bantuan kertas saring dan larutan elektrolit untuk memungkinkan aliran arus listrik yang stabil dan maksimal
- Selanjutnya komponen dirakit dalam sebuah sistem sel surya berlapis yang siap mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
Perakitan Solar Attic Fan
- Proses ini dilakukan dengan menggabungkan komponen kipas bertenaga surya dengan rangkaian sel surya yang sudah disiapkan
- Solar Attic Fan dirakit dalam struktur yang memungkinkan ventilasi alami serta dapat mengalirkan udara keluar dari atap tanpa memerlukan sumber listrik konvensional.
Penerapan inovasi seperti Solar Attic Fan berbasis limbah komposir abu boiler kelapap sawit pada bangunn tinggi bisa menjadi langkah efektif untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi, Di banugnan tinggi, ruang teknis atau loteng di atap sering menjadi titik panas yang signifikan. Dengan pemasangan Solar Attic Fan berbasis energi surya di area ini, udara panas dapat dikeluarkan, sehingga mengurangi akumulasi panas can menjaga suhu ruangan atas tetap stabil tanpa bergantung pada pendingin buatan.
Selain itu Solar Attic Fan juga dapat ditempatkan di beberapa titik strategi pada sebuah bangunan. SIStem ini bisa memanfaatkan lorong teknis di sisi luar gedung atau area pengumpul udara untuk mengalirkan panas dari tiap lantai ke luar bangunan. Dengan ventilasi alami di setiap lantai, Solar Attic Fan mencegah akumulasi panas yang memerlukan AC berlebih, sehingga efisiensi energi tercapai
Pada fasad bangunan, solar attic fan dapat digabungkan dengan desain penahan panas, misalnya dengan material komposit dari abu boiler kelapa sawit sebagai isolator di dinding luar. Fasad dirancang dengan ventilasi alami yang disambungkan dengan solar attic fan untuk mengalirkan panas keluar,meningkatkan sirkulasi udara dan mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin konvensional. Energi untuk mengoperasikan sistem ini bisa berasal dari panel surya yang ditempatkan di atap atau sisi bangunan yang terpapar sinar matahari langsung, sehingga menjadi mandiri secara energi dan mengurangi konsumsi listrik dari grid.
Selain itu, bangunan tinggi bisa dilengkapi dengan pipa vertikal yang mengalirkan udara dingin alami ke lantai di bawahnya, yang diperkuat oleh solar attic fan untuk memperlancar pergerakan udara sehingga panas dari lantai atas bisa terbuang ke luar tanpa energi tambahan. Penggunaan material komposit dari abu boiler kelapa sawit sebagai insulasi pada atap dan dinding juga membantu mengurangi penyerapan panas, mendukung fungsi solar attic fan untuk menjaga suhu ruangan tetap sejuk secara alami.
Dengan solusi ini bangunan tinggi tidak hanya menjadi model efisiensi energi, tetapi juga menunjukkan manfaat dari inovasi lokal yang berkelanjutan. Implementasi teknologi ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan mendukung ekonomi sirkular di indonesia.
Teknologi Solar attic fan berbasis limbah abu boiler kelapa sawit ini memiliki dampak sosial ekonomi, dan lingkungan yang signifikan. Secara sosial, penggunaan alternatif ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya energi terbarukan dan lingkungan berkelanjutan, Pengurangan ketergantungan pada AC membantu masyarakat memahami dampak pemanasan global yang diakibatkan oleh emisi dari pendingin konvensional. Selain itu teknologi ini dapat menurunkan biaya energi rumah tangga karena menggunakan tenaga surya tanpa memerlukan listrik konvensional. Bagi daerah dengan konsumsi listrik tinggi akibat suhu panas, penurunan biaya listrik ini tentu menjadi keuntungan besar. Lebih jauh, pengemvnagna dan produksi Solar Attic Fan dapat membuka lapangan kerja lokal, terutama di sektor manufaktur, instalasi, dan edukasi perawatan perangkat surya.
Dari segi ekonomi, pemanfaatan abu boiler kelapa sawit sebagai bahan dasar memberikan nilai ekonomi pada limbah industri kelapa sawit yang sebelumnya tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini mendorong sektor kelapa sawit untuk mengembangkan produk turunan ramah lingkungan, sehingga menciptakan nilai tambah dari limbah. Teknologi ini mendukung pengembangan industri hijau di indonesia yang dapat menarik investasi pada sektor energi terbarukan.
Secara lingkungan alternatif ini memberikan kontribusi besar dalam membagi emisi gas rumah kaca. Penggantian pendingin ruangan konvensional yang menghasilkan CFC dengan sistem berbasis tenaga surya membantu melindungi lapisan ozon dan menekan emisi. Selain itu, pemanfaatan abu boiler kelapa sawit sebagai bahan komposit pada teknologi ini, mengurangi jumlah limbah industri yang berpotensi mencemari lingkungan hidup. Dengan demikian, Solar Attic Fan berbasis tenaga surya membantu mengurangi jejak karbon dan sumber daya fosil.
Penerapan Solar Attic fan berbasis abu boiler memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang luas. Teknologi ini mendukung efisiensi energi, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keberlanjutan, serta mengurangi limbah dan emisi gas rumah kaca. Dengan mengintegrasikan iklim lokal, tetapi juga memberikan kontribusi dalam solusi lingkungan global.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah Lubis, R.A., & Zubir, M. (2020) Production of Activated From Natural Material
Gunawan, H.C., Mungkok, C.D., Listyowati, Y. Pemanfaatan Abu boiler cangkang kelapa sawit sebagai bahan pada campuran beton
Aulia, R., Fauzan, R.A., & Lubis, I. (2021). Pengendalian suhu ruangan menggunakan fan dan DHT11 berbasis Arduino.