Solusi Desain Ramah Lingkungan untuk Bangunan di Perkotaan, Zero Carbon Healthcare

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 45

Ditulis oleh Putri Utami Sari Pasaribu

Perancangan bangunan ramah lingkungan sudah menjadi keharusan dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim di dunia Indonesia sudah memiliki lembaga GBCI (Green Building Council Indonesia) yang melakukan sertifikasi green building, tetapi masih sedikit sekali (kurang dari 5%) bangunan yang memiliki sertifikat sesuai kriteria bangunan ramah lingkungan. Paperini bertujuan untuk meninjau aspek desain arsitektur gedung ramah lingkungan dalam rangka mencapai rating greenship GBCI. Analisis perancangan menggunakan data empiris dengan metode deskriptip berdasarkan rating tools GBCI versi 1.1 untuk bangunan baru khususnya pada aspek desain.

Desain ramah lingkungan untuk bangunan di perkotaan dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya:

  • Menggunakan bahan bangunan ramah lingkungan, seperti bambu, hempcrete, kayu daur ulang, tanah liat, batang jerami, tanah yang dipadatkan, mycelium, dan ashcrete.
  • Menggunakan energi terbarukan, seperti panel surya atau turbin angin.
  • Menggunakan peralatan listrik yang hemat energi, seperti lampu LED atau AC inverter.
  • Menggunakan bahan-bahan bangunan yang mudah dibongkar pasang atau dimodifikasi.
  • Menggunakan sistem modular yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penghuni.
  • Membangun lingkungan yang memperkuat dan menghubungkan masyarakat.
  • Menyediakan transportasi dan fasilitas yang baik.
  • Mengembangkan teknologi komunikasi “pintar” dan informasi untuk berinteraksi dengan lingkungan secara lebih efektif.

Dalam desain tata bangunan ramah lingkungan selain itu juga harus diperhatikan terhadap aspek-aspek kelayakan dan kriteria greenship, seperti :

  • Tepat guna lahan
  • Efisiensi energi dan konservasi
  • Konservasi air
  • Sumber dan siklus material
  • Kesehatan dan kenyamanan ruang dalam
  • Manajemen lingkungan bangunan.

Tahukah kamu bahwa dalam proses pembangunan memerlukan material seperti beton dan baja, yang memiliki jejak karbon tinggi selama produksi. Energi yang digunakan untuk mengolah dan transportasi bahan-bahan ini menciptakan emisi CO2 yang signifikan. Selain itu penggunaan peralatan berat dan kendaraan kontruksi juga menambah emesi selama fase ini. Setelah bangunan selesai konsumsi energi untuk pemanasan, pendinginan, pencahayaan dan peralatan listrik menjadi penyumbang utama emisi. Bangunan yang tidak efisien dalam penggunaan energi memerlukan lebih banyak sumber daya untuk menjaga kenyamanan penghuni, sehingga meningkatkan jejak karbon. Selama masa pakainya bangunan juga menghasilkan emisi melalui proses perawatan dan renovasi. Penggunaan bahan bangunan tambahan dan energi untuk proyek perbaikan dalam menambah total emisi yang dihasilkan oleh bangunan tersebut.

Ketika bangunan mencapai akhir masa pakainya, proses pembongkaran dan pembuangan material juga berkontribusi pada emisi karbon. Material yang tidak terkelola dengan baik atau dibuang sembarangan dapat menyebabkan emisi tambahan.

Untuk mengatasi masalah ini, kita bisa mulai dengan menerapkan desain ramah lingkungan, menggunakan energi terbarukan, serta mengutamakan efisiensi energi dalam konstruksi dan perawatan pembangunan.

Sebagai bagian dari upaya global untuk mengurangi nampak lingkungan, desain dan pembangunan berkelanjutan menjadi kunci penting dalam menurunkan emisi ini. Dengan memilih bahan yang ramah lingkungan dan memaksimalkan efisiensi energi, kita bisa membantu mengurangi jejak karbon bangunan di seluruh dunia.

Solusi ada di tangan kita, mulai dari desain arsitektur yang efisien energi hingga penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan. Mari kita ciptakan bangunan masa depan yang lebih hijau dan lebih baik.

Menurut data dari Air Quality Life Index (AQLI), Indonesia tercatat sebagai salah satu dari lima negara dengan kualitas udara paling tercemar di dunia, setelah India, China, Bangladesh, dan Pakistan. AQLI index yang mengukur dapat polusi udara terhadap harapan hidup, yang dihasilkan oleh University of Chicago. Index ini menunjukkan bahwa polusi udara yang parah dapat mengurangi harapan hidup hingga beberapa tahun, terutama di negara-negara dengan tingkat pencemaran tinggi.

Dengan kesadaran yang lebih tinggi, kita bisa bersama-sama mengurangi polusi, mulai dari langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari dan kita berkontribusi untuk lingkungan yang bersih dan sehat bagi generasi mendatang..

Bangunan hijau (Green Building) adalah bangunan yang dirancang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Bangunan ini menggunakan material ramah lingkungan, memaksimalkan efisiensi energi dan air, serta meminimalkan limbah. Setiap elemen dalam green building dirancang untuk mengurangi jejak lingkungan secara keseluruhan.

Inovasi pengembangan bangunan hijau (Green Building) dengan desain bangunan zero carbon atau bangunan nol karbon.

Bangunan zero carbon atau bangunan nol karbon adalah bangunan yang dirancang dan di bangun untuk meminimalkan emisi karbon. Bangunan ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu : hemat energi, menghasilkan energi terbarukan atau memperoleh energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi operasional bangunan, tidak membuang-buang energi, mengonsumsi lebih sedikit air.

Bangunan zero carbon dirancang untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Bangunan ini juga dapat meningkatkan kesehatan, kesetaraan, dan kemakmuran area setempat.

Konsep bangunan zero carbon berasal dari World Green Building Council (WGBC). Salah satu standar bangunan zero carbon pertama di dunia adalah Zero Carbon Building (ZCB) CAGBC, yang merupakan kerangka kerja buatan Kanada.

Contoh bangunan zero carbon adalah CIC Zero Carbon Park Hong Kong, yang berfungsi sebagai pusat pameran, pendidikan, dan informasi.

Mari bersama-sama menjadi agen perubahan! Transformasi gedung menuju nol emisi karbon bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang masa depan yang lebih baik untuk kita semua.

Lets be part of the change.

This Earth is our only home.

Together, we must protect and cherish it.

-Ban Ki Moon-

Lindungi rumah kita satu-satunya.

Bumi ini adalah satu-satunya rumah kita. Tindakan kecil yang kita ambil hari ini dapat membuat perbedaan besar bagi generasi mendatang.

Daftar Pustaka

Surjana,Tjetjeng Sofian.2013. Perancangan Arsitektur Ramah Lingkungan : Pencapaian Rating Greenship GBCI. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung. Vol : 2(3).1-14

https://bakrie.ac.id

https://verticalblinds.co.id

https://aesia.kemenku.go.id

https://knowhow.distrelec.com

https://coursework.uma.ac.id

https://www.djkn.kemenkeu.go.id

https://www.netzerocarbonguide.co.uk

https://www.architecture2030.org

https://www.nyserda.ny.gov

https://www.ucem.ac.uk

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 14

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment