Tekgenah (Teknologi Kekinian Gedung Ekologi dengan Nuansa Alam Hijau) dengan Menggunakan Bahan Daur Ulang untuk Meminimalisir Pemanasan Global
Ditulis oleh Aisyah Nabilla Aulia
Bangunan sudah memenuhi dunia ini, dan ini menjadikan tantangan bagi kita untuk menjaga alam yang sekarang sudah penuh dengan bangunan. Pada zaman yang teknologi sudah maju ini memudahkan kita untuk berinovasi untuk menghasilkan sebuah karya yang ramah lingkungan dan juga dapat mengurangi pemanasan global. Inovasi TEKGENAH “Teknologi Kekinian Gedung Ekologi dengan Nuansa Alam Hijau” dapat menjadi solusi untuk meminimalisir emisi CO2 yang dapat menyebabkan pemanasan global dan juga menjadi inovasi ramah lingkungan, karena dalam inovasi ini memiliki konsep bangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup lingkungan tembat bangunan tersebut.
Dalam penggunaan inovasi TEKGENAH dapat juga dikolaborasikan dengan penggunaan bahan daur ulang yang dapat berasal dari sisa material konstruksi dan sampah yang berasal dari aktivitas kontruksi, pembongkaran dan pembersihan lahan. Dengan menggunakan bahan daur ulang dapat menghemat biaya pembangunan, dan juga menciptakan ruang yang lebih sehat dan efisiensi untuk dihuni.
Dalam inovasi TEKGENAH dapat menangani pemanasan global karena dalam pembuatan bangunan ini tidak menggunakan bahan – bahan yang berlebihan dan lebih ke konsep ke ruang terbuka. Inovasi ini sebenarnya hamper sama dengan konsep green building tetapi di TEKGENAH ini menggunakan bahan daur ulang yang masih memiliki kualitas baik yang dapat mengurangi sampah. Penggurangan sampah ini dapat menjadi meminimalisir emisi CO2 yang dapat merupakan penyebab terjadinya pemanasan globa. Untuk inovasi ini memiliki konsep di mana akan membuat ruang yang menyatu dengan alam atau membuat ruangan terbuka dengan menanami pepohonan dan tanaman yang dapat menyerap karbondioksidan dan juga dapat menghasilkan oksigen.
Gedung ekologi memiliki konsep di mana Gedung ini dibuat untuk meminimalakan dampak lingkungan dan meningkatkan penggunaan sumber daya.[1] Dalam pembangunan Gedung ekologi ini dapat menggunakan bahan daur ulang yang dapat mengurangi limbah dan penggunaan secara maksimal sumber daya yang ada. Menurut Geng et al. (2019), bahan daur ulang tidak hanya mengurangi kebutuhan akan bahan baru tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon selama proses produksi.[2]
Dalam pembuatan bahan produksi seperti batu bata, semen, dan besi menggunakan banyak energi, yang dapat menimbulkan peningkatan emisi rumah kacaa dan pemanasan global. Untuk itu penggunaan bahan daur ulang dengan menggunakan bahan bekas material dapat ditemukan di setiap perubuhan bangunan yang biasanya masih di perjual belikan. Biasanya material yang jual berupa kosen bekas, kayu bekas, genting/penutup atas bekas, keramik bekas, bata bekas dan lainnya yang masih memiliki kualitas yang bagus.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif di mana kita akan memahami lebih lanjut bagaimana praktik terkait penggunaan bahan daur ulang dalam inovasi TEKGENAH. Dalam pengembahangan teori daur ulang, menunjukkan bahwa daur ulang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama ialah kuantitas – kuantitas sampah yang akan didaur ulang adalah faktor yang akan memengaruhi nilai ekonomi. Dari pendapat yang berbeda, Maclaren dan Yu berpendapat bahwa skala ekonomi ini juga akan memengaruhi besarnya biaya yang dapat dihindarkan pada setiap upaya minimalisir limbah, yang menjadikan investasi modal untuk pencegahan pencemaran akan sangat dipengaruhi skala ekonomi limbah yang dapat dihindari. Faktor kedua berupa kualitas material daur ulang dipengaruhi oleh kondisi kontaminasi bahan lain dan kondisi homogenitas material sampah. Jika bahan daur ulang tersebut terkena kontaminasi yang menyebabkan harga untuk membersihkannya juga lebih mahal, dan homogenitas akan mengindikasikan sampah sejauh mana bentuk maupun kerusakan material daur ulang tersebut. Dan faktor yang ketiga ialah jarak dan lokasi memiliki arti penting dari dua sudut pandang yang berbeda. Jarak angkut yang dekat akan mengurangi biaya pengumpulan.[3]
Dalam penggunaan bahan daur ulang ini juga memberikan nilai aestetik terhadap bangunan tersebut. Menggunakan bahan bahan tersebut memberikan kesan menarik karena perpaduan yang indah dalam menggabungkan kombinasi ide – ide yang ada untuk mendesain, sehingga material yang awalnya menjadi sampah bisa berupah menjadi barang yang bernilai jika olah dengan kreativitas.
Dengan menerapkan desain ramah dapat menggunakan inovasi dengan mendesain yang lebih mudah dengan canggihnya teknologi untuk menjadikan bangunan yang lebih efisien, dan bisa saja mensimulasi energi untuk menganalisis konsumsi energi dan dampak lingkungan. Selain itu dapar beberapa faktor – faktor yang dapat mempengatuhi inovasi TEKGENAH ialah atribut teknologi hijau (supply push), kemampuan inovator, kemampuan adopter (demand pull), dan peraturan lingkungan (regulatory push/pull). Atribut teknologi hijau dapat secara signifikan memengaruhi kecepatan adopsi mereka, dan oleh karena itu teknologi hijau yang kompleks dapat menyebar lebih lambat.
Kemampuan inovasi juga dapat membantu dalam perusaha yang biasanya dapat menggunakan teknologi untuk memperoleh koneksi desain bangunan yan sesuai dengan yang diinginkan tetapi juga masih ramah lingkungan. Dan juga dengan adanya teknologi yang sudah maju ini dapat digunakan untuk memperoleh data – data dengan mudah dan cepat, maka dari itu teknologi sudah menjadi kebutuhan kita semua untuk memudahkan kegiatan sehari – hari.
Dalam penggunaan inovasi TEKGENAH ini dapat menghemat konsumsi energi listrik sebesar 35% atau sama dengan penurunan emisi gas karbon dioksida (CO2) sebesar 6.30 ton per tahun. Dalam penggunaan barang – barang yang menerapkan ramah lingkungan seperti lampu LED-light emitting diode yang dapat menghemat listrik hingga 70% dibandingkan jenis lampu biasanya.
Ada beberapa bangunan yang sudah menerapkan TEKGENAH dan menggunakan material bekas, salah satu contohnya ialah bangunan rumah karya Dr. Heinz Frick yang terletak di Semarang, dalam desain rumahnya menggunakan desain ramah lingkungan sekaligus teteap terjangkau, dengan pemilihan material bangunan yang mengusung konsep sustainable. Dalam mendesain ada beberapa komponen reuse material bekas seperti, pecahan keramik dari UNIKA yang digunakan ulang, papan – papan akustik dari vermikulit yang dipasang dibeberapa ruanganya, papan bekas peti kemas yang digunakan untuk langit – langit selasar, tangga dengan reuse tiang listrik bekas sebagai balok tangga dan semua pegangan pintu rumah ini digunakan Kembali dari rumah yang lain dari Swiss. Selain menggunakan material bahan bekas jika diamati dalam di sekitar rumahnya terdapat pohon – pohon dan tanaman yang memberi kesan sejuk, dengan menggunakan desain tersebut menjadikan rumah yang ramah lingkungan sekaligus tetap terjangkau.[4]
Rumah Dr. Heinz Frick
Tujuan dari menggunakan bahan daur ulang dalam pembangunan Gedung ialah untuk memperpanjang usia penggunaan dari suatu benda atau material. Makin lama masa penggunaan bahan bangunan atau kemungkinan untuk digunakan kembali, makin kecil juga kemungkinan bahan bangunan tersebut menimbulkan sampah dan puing yang mencemari lingkungan.[5]
Penggunaan material daur ulang juga merupakan upaya yang layak dipilih untuk merancang dan mendirikan bangunan, bukan hanya bangunan rumah tetapi bangunan kantor maupun industri juga bisa menggunakan material daur ulang. Adapun dengan dengan kreativitas yang dimiliki, daur ulang pada material bekas memberikan kesan unik dan menambah nilai jual pada bangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kiber, C.J. (2016) Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery. John Wiley & Sons
Geng, Y., Manshanden, W. J., & Xue, B. (2019). The Role of Recycled Materials in Sustainable Construction. Resources, Conservation and Recycling, 141, 203-210.
Quimby,T.H.E. (1975) Recycling: The Alternative to Disposal. London: The John Hopkins University Press.
Tanuwidjaja, Gunawan dkk. (2012). Desain Rumah Heinz Frick yang Ramah Lingkungan dan Terjangkau. Surabaya: Jurnal Tesa Arsitektur, Vol.11, No.1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094
Ksatria Dwithama. PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN. Program Studi Arsitektur, FTSP, Institut Teknologi Budi Utomo ksatria@itbu.ac.id
Kiber, C.J. (2016) Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery. John Wiley & Sons ↑
Geng, Y., Manshanden, W. J., & Xue, B. (2019). The Role of Recycled Materials in Sustainable Construction. Resources, Conservation and Recycling, 141, 203-210. ↑
Quimby,T.H.E. (1975) Recycling: The Alternative to Disposal. London: The John Hopkins University Press. ↑
Tanuwidjaja, Gunawan dkk. (2012). Desain Rumah Heinz Frick yang Ramah Lingkungan dan Terjangkau. Surabaya: Jurnal Tesa Arsitektur, Vol.11, No.1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 ↑
Ksatria Dwithama. PENERAPAN REUSE MATERIAL BEKAS SEBAGAI BAHAN MATERIAL PADA BANGUNAN. Program Studi Arsitektur, FTSP, Institut Teknologi Budi Utomo ksatria@itbu.ac.id ↑