“Transparansi Energi: Bisakah Kaca Menaklukkan Matahari untuk Bangunan Zero-Energy?”

Last Updated: 9 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 211

Ditulis Oleh Intan Rizqiya Maulidia

Pendahuluan

  (Maulidiyah & Heru Akhmadi, 2024). Ditengah perubahan iklim yang semakin nyata, Indonesia membutuhkan solusi inovatif. Panel surya transparan menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan panel surya konvensional, seperti efisiensi tinggi, estetika yang lebih baik, dan integrasi yang mudah dengan desain bangunan. Indonesia, dengan iklim tropisnya, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi matahari. Namun, konsumsi energi di Indonesia masih tinggi, dengan Sebagian besar berasal dari fosil. Konsep Zero-Energy, dimana bangunan dirancang untuk menghasilkan energi sebanyak yang dikonsumsinya, dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Indonesia dengan gugusan pulau dan iklim tropisnya, kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam. Namun, iklim juga menghadirkan tantangan bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Konsep Zero-Energy, dimana bangunan menghasilkan energi sebanyak yang dikonsumsinya, menjadi solusi yang menjanjikan (D. Magdalena & Tondobala, 2016).

  Emisi gas rumah kaca memperparah kondisi iklim di Indonesia. Namun, Indonesia dengan cuaca tropisnya yang panas, punya potensi besar untuk memanfaatkan sinar matahari. Kita bisa membangun rumah dan gedung yang ramah lingkungan dan hemat energi. Tetapi, perubahan iklim menuntut kita untuk berpikir lebih cerdas dalam mengurangi penggunaan energi. Disinilah bangunan hijau dan cerdas berperan penting.

  Bayangkan rumah dan gedung di kota metropolitan seperti Jakarta yang menghasilkan listrik sendiri dari sinar matahari, bahkan dengan panel surya transparan! Konsep “Zero-Energy” ini bisa jadi solusi untuk mengurangi penggunaan energi. Konsep ini tidak hanya mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan nilai jual bangunan, sehingga membuat bangunan terlihat lebih menarik dan modern. (Arifianto Sasono et al., 2024) Tantangannya adalah biaya teknologi yang mahal dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang bangunan hijau dan cerdas. Salah satu tantangan dalam membangun rumah ramah lingkungan adalah biaya konstruksi rumah ramah lingkungan lebih tinggi dibandingkan rumah konvensional. Studi menunjukkan penghematan energi hingga 15% untuk air dan 30% untuk listrik dengan rumah ramah linkungan. Meskipun biaya teknologi ramah lingkungan masih tinggi, potensi penghematan energi dan dampak positif terhadap lingkungan mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan. Dengan dukungan pemerintah, investasi yang tepat, dan edukasi yang masif, Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia dalam membangun bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan..

Pembahasan

Konsep Zero-Energy

Prinsip-prinsip Zero-Energy mengacu pada bangunan yang menghasilkan energi sebanyak yang dikonsumsinya. Zero-Energy memiliki efisiensi energi dengan menggunakan teknologi dan desain yang hemat energi, seperti sistem HVAC yang efisien, pencahayaan alami, dan penggunaan material yang ramah lingkungan. Disamping itu, konsep ini memiliki prinsip energi terbarukan dan integritas teknologi seperti panel surya, turbin angin, dan energi geothermal serta menggabungkan berbagai teknologi untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Bangunan dengan konsep Zero-Energy memiliki keseimbangan yang netral, dengan energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan (seperti panel surya) sama dengan energi yang dijalankan bangunan tersebut.

Keunggulan Panel surya transparan

  Bayangkan panel surya yang bisa menangkap sinar matahari dan mengubahnya jadi listrik, tapi tanpa menghalangi pemandangan! Teknologi panel surya transparan ini menggunakan bahan bening seperti kaca atau plastik yang dipadukan dengan sel surya. Panel surya transparan merupakan jenis panel yang memiliki sifat transparan, artinya memungkinkan cahaya untuk melewatinya. Ketika cahaya matahari mengenai panel surya transparan, sebagian cahaya akan diserap oleh sel surya dan diubah menjadi energi listrik, sementara Sebagian lainnya akan diteruskan.

Panel surya transparan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan panel surya konvensional, selain dapat diintegrasikan kedalam desain bangunan tanpa mengurangi estetika, panel ini juga memiliki efisiensi tinggi dalam menangkap cahaya matahari dari berbagai sudut. Sebagai contoh, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Gedung Kantor Pelabuhan PT. Pupuk Kalimantan Timur berhasil menghemat 20 sampai 30 persen kebutuhan energi di area kantor pusat (Syahrir, 2023). Hal ini membuktikan bahwa panel surya transparan dapat menjadi solusi yang efektif untuk mewujudkan konsep bangunan Zero-Energy.Selain itu, panel surya transparan dapat diintegrasikan dengan mudah kedalam berbagai jenis bangunan, seperti gedung perkantoran, rumah tinggal, dan bangunan publik.

Teknologi panel surya memiliki banyak keunggulan dibandingkan teknologi konvensional karena panel surya memanfaatkan energi matahari, yang merupakan sumber energi terbarukan dan tidak akan habis. Ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi karbon, yang penting untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan. Biaya operasional rendah juga menjadi keunggulan tersendiri bagi panel surya transparan karena setelah instalasi awal, panel surya dapat menghasilkan energi listrik secara gratis. Ini dapat mengurangi biaya operasional jangka panjang, seperti pengisian baterai dan biaya bahan bakar, sehingga lebih hemat biaya. Panel surya transparan juga dapat memberikan sumber energi alternatif, mengurangi ketergantungan, pada jaringan listrik umum. Ini sangat bermanfaat dalam situasi darurat atau di daerah terpencil dengan akses listrik terbatas(Windasari et al., 2023). Dengan teknologi canggih ini, Indonesia bisa membangun rumah dan gedung yang ramah lingkungan, mengurangi polusi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Sebagai contoh, Jika seluruh penduduk DKI Jakarta, yang berjumlah lebih dari 10 juta jiwa, beralih kerumah ramah lingkungan, konsumsi energi di wilayah tersebut dapat berkurang secara signifikan.

Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Konsep Zero-Energy

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi matahari, terdapat beberapa tantangan dalam mengimplementasikan konsep Zero-Enegy. Tantangan utama dalam mewujudkan konsep Zero-Energy di Indonesia adalah ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil. Sumber energi utama Indonesia selama 10 tahun terakhir didominasi oleh sumber energi fosil dengan persentase sekitar 92%. Persentase konsumsi EBT masih tergolong sangat rendah, hanya sebesar 13% dari total konsumsi energi di Indonesia (Jordan Sianipar et al., 2024).

Selain itu, kurangnya infrastuktur dan regulasi yang mendukung juga menjadi kendala dalam pengembangan bangunan Zero-Energy. Disamping itu, panel surya transparan juga memiliki beberapa tantangan dalam mengimplementasikannyadi Indonesia. (Mustafa, 2021) Salah satu tantangan utama adalah biaya teknologi yang masih relatif mahal dibandingkan dengan panel surya konvensional. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat panel surya transparan juga menjadi tantangan dalam penerapannya.

Berdasarkan Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2018b) menunjukkan bahwa sektor transportasi dan industri merupakan pengguna energi terbesar di Indonesia, masing-masing menyumbang 38% dan 32% dari total konsumsi energi yang berarti konsumsi energi fosil di Indonesia masih sangat tinggi, dengan angka mencapai 80% pada tahun 2022. Lebih lanjut, minyak bumi (48%) dan energi listrik (17%) menjadi sumber energi utama (Bayu Alnavis et al., 2024). Ketergantungan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada energi tidak terbarukan yang mencerminkan tantangan dalam mssengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan. Energi fosil tidak akan selamanya ada, jika kita terus menggunakannya dengan cara yang tidak bertanggung jawab, sama halnya dengan mewariskan dunia yang kekurangan energi dan penuh polusi kepada generasi mendatang.

  (Hidayat & Kariim Maulana, 2024) Minimnya masyarakat yang memiliki kesadaran betapa pentingnya Zero-Energy bagi penggunaannya dalam waktu jangka Panjang. Biaya awal energi ini memang relatif mahal namun, dapat digunakan dalam jangka yang Panjang dibandingkan dengan listrik konvensional. Dengan itu, memberi kemudahan bagi masyarakat karena tidak perlu membayar biaya bulanan listrik. Begitu banyak manfaat dalam penerapan Zero-Energy terhadap bangunan dapat menciptakan ramah lingkungan dengan kemudahan yaitu dapat diintegrasikan kedalam berbagai jenis bangunan. Dengan estetika yang baik menambah kesan yang luar biasa terhadapa bangunan karena desainnya yang transparan namun, tetap dapat menyerap matahari dan menghasilkan energi listrik dengan efsiensi yang cukup tinggi.

  (Lilo Adi Sucipto et al., 2014)s salah satu contoh penerapan panel surya transparan yang sukses di Indonesia adalah Gedung Bank Indonesia Surakarta. Gedung ini memanfaatkan panel surya transparan untuk menghasilkan energi listrik yang digunakan untuk penerangan dan kebutuhan lainnya. Penerapan panel surya transparan di Gedung Bank Indonesia Surakarta menunjukkan bahwa teknologi ini dapat diintegrasikan dengan estetika bangunan dan memberikan manfaat nyata dalam penghematan energi. Contoh lainnya adalah proyek-proyek pembangunan hijau di berbagai negara, seperti di Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat. Sangat indah melihat estetika gedung Bank Indonesia Surakarta dengan bangunan hijau nan ramah lingkungan yang dapat membantu menuju pembangunan Indonesia yang gemilang berlandaskan tanggungjawab atas penggunaan energi fosil dengan cara menyeimbangkannya dengan energi yang terbarukan dan mencegah zat-zat berbahaya yang dapat memicu pemanasan global di Indonesia. Namun, minim masyarakat mengetahui betapa pentingnya bangunan dengan panel surya ini dalam waktu jangka panjang.

Solusi menuju Bangunan Zero-Energy di Indonesia

  Indonesia memang pernah kelam dan suram lantas, dengan terus berkembangnya teknologi, apakah bangsa Indonesia bisa maju? Tentu bisa dengan adanya kesadaran bahwa Indonesia memiliki pengetahuan serta tanggungjawab memajukan bangsa dengan memanfaatkan tenologi dengan baik. Indonesia perlu melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil dan merangkul energi terbarukan sebagai tulang punggung masa depan. Targetnya adalah mencapai persentase yang lebih tinggi dari 13% penggunaan EBT saat ini. (Jatimulya Alam Wibowo, 2023) Pemerintah dapat mendorong penggunaan energi terbarukan melalui kebijkan insentif yang memikat, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi pembelian peralatan dan material yang digunakan untuk membangun infrastruktur energi terbarukan, seperti panel surya, turbin angin, dan baterai.

  Pemerintah juga dapat menyelenggarakan kampanye edukasi yang menarik dengan tema seperti SMART-HOME: Rumah pintar, masa depan cerah untuk meyakinkan masyarakat mengenai urgensi energi terbarukan. Kampanye ini dapat melibatkan tokoh publik dan influencer untuk meningkatkan jangkauan dan efektivitasnya. Pemerintah juga dapat memberikan dukungan bagi para peneliti dan startup yang mengembangkan teknologi panel surya transparan yang lebih efisien dan terjangkau. Dukungan ini dapat berupa pendanaan, fasilitas laboratorium, dan kemitraan dengan industri.

  Terlepas dari itu, pentingnya kolaborasi dan kemitraan dalam strategi bangunan Zero-Energy. Pemerintah dapat menjalin kemitran dengan perusahaan swasta untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya skala besar di wilayah-wilayah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik nasional. Kerjasama ini dapat melibatkan investasi dan transfer teknologi dari perusahaan swasta(Effendi & Mardiana, 2024).ss

Penutup

  Indonesia, dengan potensi energi matahari yang melimpah, memiliki peluang emas untuk memimpin revolusi energi global. Konsep Zero-Energy, dipadukan dengan teknologi panel surya transparan, membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Namun, tantangan terbesar terletak pada ketergantungan kita pada energi fosil dan kurangnya kesadaran masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu membangun komitmen bersama. Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan, menarik investasi, dan mendorong inovasi teknologi. Masyarakat, sebagai aktor utama, harus meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam membangun bangunan ramah lingkungan. Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam membangun masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA.

Arifianto Sasono, B., Febraldo, D., & Susanti, L. (2024). Potensi penurunan konsumsi energi di DKI Jakarta dengan menggunakan rumah ramah lingkungan. Energy Justice, 1(1), 15–30. https://doi.org/10.61511/enjust.v1i1.2024.623

Bayu Alnavis, N., Restu Wirawan, R., Indah Solihah, K., & Helmi Nugroho, V. (2024). Energi listrik berkelanjutan: Potensi dan tantangan penyediaan energi listrik di Indonesia. Journal of Innovation Materials, Energy, and Sustainable Engineering, 1(2), 119–139. https://doi.org/10.61511/jimese.v1i2.2024.544

D. Magdalena, E., & Tondobala, L. (2016). Implementasi Konsep Zero Energy Building (Zeb) Dari Pendekatan Eco-Friendly Pada Rancangan Arsitektur. Media Matrasain, 13(1), 1–15.

Effendi, C., & Mardiana, M. (2024). Peran Universitas dalam Mendukung Pencapaian SDGs. Journal of Accounting, Finance, Taxation, and Auditing (JAFTA), 6(1), 17–44. https://doi.org/10.28932/jafta.v6i1.8695

Hidayat, H., & Kariim Maulana, F. (2024). Pemanfaatan Digital Surface Model ( DSM ) dari UAV Fixed Wing untuk Analisis Potensi Panel Surya ( Studi Kasus : Desa Banturejo , Kabupaten Malang ) Pendahuluan Dunia industri yang semakin berkembang menyebabkan kebutuhan energi semakin meningkat dari tah. Journal of Geodesy and Geomatics, 19(3), 448–458.

Jatimulya Alam Wibowo, R. (2023). Kebijakan Hukum Insentif Perpajakan Pada Sektor Energi Dan Transportasi Untuk Mendukung Net Zero Emission Tahun 2060. Jurnal Pajak Indonesia, 7(1), 91–107.

Jordan Sianipar, R., Rifki Januar, R., & David Christian Silalahi, S. (2024). Analisis Pemetaan Potensi dan Realisasi Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan Pemodelan Determinan Konsumsi dan Metode Grouping Analysis EBT di Indonesia. Jurnal Energi Baru Dan Terbarukan, 5(2), 30–49. https://doi.org/10.14710/jebt.2024.22970

Lilo Adi Sucipto, T., Utomo Dwi Hatmoko, J., Sumarni, S., & Pujiastuti, J. (2014). Kajian Penerapan Green Building Pada Gedung Bank Indonesia Surakarta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Dan Kejuruan, 7(2), 17–24. https://doi.org/10.20961/jiptek.v7i2.12692

Maulidiyah, S., & Heru Akhmadi, M. (2024). Penerapan Climate Budget Tagging Menuju Penggunaan Anggaran yang Berkelanjutan. Sosio E-Kons, 16(2), 112–123. https://doi.org/10.30998/sosioekons.v16i2.23178

Mustafa, M. (2021). Penerapan prinsip arsitektur hijau pada desain permukiman ramah lingkungan di perkotaan. 618–632. CC-BY-SA Licnse

Syahrir, W. (2023). Analisis Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan Sistem On Grid di Gedung Kantor Pelabuhan PT. Pupuk Kalimantan Timur. Journal Syntax Idea, 6(1), 470–486.

Windasari, N., Sudarti, & Yushardi. (2023). Analisis Efisiensi Mobil Listrik Berbasis Panel Surya Sebagai Upaya Pemanfaatan Energi Terbarukan. Journal of Health, Education, Economics, Science, and Technology, 6(1), 41–47. https://www.j-hest.web.id/index.php

.

About the Author: Wahyudi Maulana

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.8 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 41

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment