Mengoptimalkan Ventilasi dan Pencahayaan Alami dalam Mengembangkan Bangunan Hijau dan Cerdas yang Berkelanjutan
Ditulis oleh Akram Zaky
Cuaca tropis yang panas dan lembap mengharuskan tindakan adaptasi khusus agar mencapai kenyamanan. Reaksi manusia terhadap aktivitasnya dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan termal yang dirasakannya, seperti sensasi kepanasan atau kedinginan (Karyono, 2001). Dalam lingkungan yang panas dan lembab, bangunan harus dirancang agar udara segar dapat masuk dengan maksimal dan membatasi panas matahari agar tidak perlu menggunakan pendinginan buatan yang menghabiskan energi (Khedari, 1997). Memanfaatkan ventilasi alami dan pencahayaan alami adalah salah satu metode untuk mengurangi konsumsi energi dalam sebuah bangunan. Desain eksterior bangunan, arah dan ukuran jendela bisa memengaruhi banyaknya cahaya dan panas matahari yang masuk. Suhu yang masuk ke dalam struktur berasal dari dua sumber, yaitu beban internal dan beban eksternal (dinding atau jendela). Ventilasi alami dan pencahayaan alami merupakan dua faktor utama dalam pembangunan yang ramah lingkungan dan pintar. Penggunaan sistem ventilasi alami dapat mengurangi ketergantungan pada AC, meningkatkan sirkulasi udara segar, dan menurunkan tingkat polusi di dalam ruangan. Sementara itu, sinar matahari dipergunakan oleh sistem pencahayaan alami guna mengurangi penggunaan listrik untuk pencahayaan interior bangunan serta meningkatkan nilai estetika bangunan.
Sumber: https://www.livingloving.net/
Beberapa inovasi ventilasi alami dari zaman dulu masih relevan tetapi perlu ada inovasi untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bangunan. (SNI 2001: 2) memiliki kriteria tentang bagaimana dan bagaimana sinar matahari, suatu bentuk cahaya alami yang bermanfaat dan bebas, dianggap sebagai cahaya alami yang baik di luar ruangan. Mereka menyatakan bahwa selama jam 8 pagi hingga 4 sore, terdapat banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan. Ketika matahari berada di puncak langit, cahaya cukup terang di luar. (b) Penyebaran cahaya di ruangan juga baik sehingga tidak ada kontras yang mengganggu. Menurut (Vidiyanti 2018), dalam penelitiannya pada tahun yang sama, disebutkan bahwa perbandingan antara luas jendela dan sisa bangunan berperan penting dalam menentukan karakteristik pencahayaan ruang tersebut. Perlu merencanakan ruang atau jendela dengan mempertimbangkan rasio area terhadap volume dan letaknya. Jendela yang terlalu besar mengakibatkan cahaya siang yang berlebihan masuk ke dalam ruangan dan membawa radiasi (Nardhi, 2019). Ada situasi sulit yang perlu diselesaikan karena banyaknya cahaya matahari yang masuk ke bangunan juga akan memengaruhi cara kerja suhu ruang tersebut. Perlu ada situasi di mana pencahayaan matahari dan aliran udara alami masuk ke dalam ruangan dalam kondisi seimbang. (Hidjaz, 2018) Ventilasi alami dan pencahayaan alami merupakan dua elemen utama dalam bangunan yang ramah lingkungan dan pintar. Sistem ventilasi alami berfungsi mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin udara dan meningkatkan sirkulasi udara segar, serta mengurangi tingkat polusi di dalam ruangan. Sementara itu, masalah yang dihadapi dalam menerapkan ventilasi alami dan pencahayaan alami meliputi sulitnya beradaptasi dengan iklim tropis serta memerlukan ruang fisik yang lebih luas untuk instalasi sistem.
Sumber: https://www.livingloving.net/
Ventilasi alami memanfaatkan ventilasi silang dan ventilasi apung agar tercipta aliran udara yang nyaman. Dengan menerapkan model Inovasi seperti ventilasi atap dan dinding, serta jendela adaptif suhu dapat membantu meningkatkan kenyamanan termal. Menggunakan louver horizontal untuk mengatur cahaya matahari demi meningkatkan pencahayaan alami di ruangan tertentu. Menggunakan perbandingan antara bukaan jendela dan skylight untuk meningkatkan penyebaran cahaya alami. Sistem Stak ventilation dan Ventilasi Loster adalah metode yang dirancang untuk meningkatkan aliran udara di dalam gedung. Saluran ventilasi atap digunakan untuk membuang udara panas dari ruangan, sehingga mencegah naiknya suhu di bagian bawah. Membuat aliran udara alami yang membantu mengurangi kelembapan dan risiko pertumbuhan jamur. Ventilasi Loster atau roster adalah lubang yang berfungsi sebagai sumber ventilasi alami dan pencahayaan alami di dalam bangunan. Dibuat dari bahan beton, ventilasi ini memungkinkan udara mengalir dengan baik dan mengurangi kelembapan di ruangan. Desain adaptif jendela bertujuan untuk meningkatkan ventilasi dan kenyamanan termal di dalam bangunan. Penelitian menemukan bahwa jendela ini bisa mengurangi suhu hingga 4°C dan menjaga kelembaban saat kondisi ekstrem. Jendela yang adaptif berfungsi dengan membuka atau menutup sesuai suhu ruangan untuk meningkatkan sirkulasi udara alami. Model ini sangat berhasil di daerah tropis, memberikan solusi untuk rumah sederhana dengan meningkatkan kenyamanan suhu dan penggunaan energi yang lebih efisien. Desain yang baik melibatkan rasio bukaan yang optimal antara 50%-60% dari luas dinding. Jendela louver terdiri dari panel-panel horizontal yang dapat disesuaikan untuk membuka atau menutup, dengan celah di antara panel-panel tersebut. Panel-panel ini sering kali terbuat dari bahan kayu, aluminium, atau material lainnya, dan berfungsi untuk mengatur aliran udara dan sinar yang masuk ke dalam ruangan. Jendela louvre sering dipilih dalam desain arsitektur modern karena memberikan penampilan yang estetis dan kemampuan dalam mengatur ventilasi alami dan pencahayaan alami. Dengan memaksimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari alami, diharapkan dapat menurunkan penggunaan energi dan meningkatkan kenyamanan di dalam bangunan.
Keunggulan:
Hasil simulasi menunjukkan bahwa jendela louvre dapat mengalirkan udara dengan sangat baik pada kecepatan angin diatas 0,25 m/s.
Pilihan ventilasi yang baik. Jendela Louvre memungkinkan untuk mengontrol sirkulasi udara yang baik di dalam ruangan. Jendela ini dapat diatur sudut bilahnya untuk mengontrol seberapa banyak udara mengalir masuk atau keluar ruangan.
Privasi yang dapat disesuaikan: Jendela Louvre juga menawarkan fleksibilitas dalam menyesuaikan privasi. Dengan menyesuaikan sudut kisi-kisi, Anda dapat mengontrol seberapa jauh orang luar dapat melihat ke dalam ruangan.
Kekurangan:
Perawatannya lebih rumit. Bilah perlu dibersihkan secara teratur dari debu, kotoran, atau dedaunan yang tersangkut di celahnya untuk menjaga kinerja optimalnya. Selain itu, engsel atau mekanisme penyetelan bilah juga harus diperiksa secara berkala. Pemanfaatan potensi alam dalam pembangunan bangunan menjadi krusial dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan. Pada masa untuk keberlanjutan, desain bangunan yang mengadopsi inovasi Pembangunan Berkelanjutan akan terus memberikan manfaat bagi pengguna di masa yang akan datang. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi alam adalah melalui penggunaan ventilasi alami dan pencahayaan alami pada sebuah bangunan. Hal ini merupakan wujud inovasi pembangunan yang berkelanjutan dalam sebuah desain bangunan.
Kesimpulan dari esai ini menegaskan bahwa ventilasi alami dan pencahayaan alami sangat penting dalam desain bangunan di iklim tropis yang panas dan lembap. Penataan bangunan yang baik dapat meningkatkan kenyamanan termal sehingga, mengurangi ketergantungan pada pendingin udara, dan meningkatkan efisiensi energi. Pemanfaatan sistem ventilasi alami, seperti ventilasi silang dan stak ventilation, serta pemanfaatan jendela adaptif dan louver horizontal, dapat meningkatkan aliran udara dan mengontrol cahaya dengan efektif. Dengan memperhitungkan perbandingan antara ukuran jendela dan menerapkan prinsip desain yang tepat, bangunan dapat menciptakan keseimbangan antara pencahayaan alami dan kenyamanan termal. Perkembangan dalam desain bangunan yang berkelanjutan tidak hanya baik untuk alam itu sendiri tetapi juga meningkatkan kesejahteraan orang yang tinggal di dalamnya, menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bertahan lama. Prioritas dalam pembangunan haruslah menjaga keberlanjutan agar kebutuhan generasi yang akan mendatang dapat terpenuhi..
Daftar Pustaka
Syahriza, M. A., Setiawan, A., & Suryanti, N. (2023). PENGARUH DESAIN BUKAAN SEBAGAI OPTIMALISASI SIRKULASI UDARA DALAM RUANG) Studi Kasus: Masjid Nurul Huda Purbayan, Kotagede).
Imanullah, M. R., Handoko, J. P. S., & Muflihaturrahmah, N. (2023). OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI DENGAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI SKYLIGHT Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Islam Indonesia (GOR UII).
Sudarwani, M. M. (2012). Penerapan green architecture dan green building sebagai upaya pencapaian sustainable architecture. Dinamika Sains, 10(24).
Liawati, L., & Mahesaputri, N. (2008). BUKAAN SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN DAN VENTILASI ALAMI PADA RUKO. TATANAN, 2(1).
Vidiyanti, C., Siswanto, R., & Ramadhan, F. (2020). Pengaruh bukaan terhadap pencahayaan alami dan penghawaan alami pada masjid al ahdhar bekasi. Jurnal Arsitektur ZONASI, 3(1), 20-33.