Inovasi untuk Akselerasi Pengembangan Bangunan Hijau dan Cerdas
Disusun oleh: Trysa Roinellida Sianturi
Menurut World Health Organisation (WHO), 30% bangunan gedung di dunia ternyata telah mengalami masalah kualitas udara dalam ruangan. Seiring dengan pesatnya pembangunan dan gaya hidup manusia yang semakin tidak terkontrol membuat kebutuhan, seperti listrik, air, dan sumber daya lain mengalami peningkatan. Sehingga pembangunan itu sendiri kadang mengabaikan prinsip dalam desain bangunan. Selain itu, kadang dalam sebuah perancangan hanya mengutamakan fungsi bangunan hanya sebagai tempat berteduh. Padahal kalau di lihat dari prinsip bangunannya, ada 3 prinsip yang harus di terapkan dalam bangunan. Karena ke-3 prinsip inilah yang menjadi pegangan yang paling dasar dalam seorang arsitek. Untuk itu ketika dalam mendesain ataupun merancang sebuah bangunan, seorang arsitek harus bisa mengembangkan 3 prinsip desain (Vitruvius : Sepuluh Buku tentang Arsitektur. Buku I. Bab III.) yaitu Firmitas (kekokohan),Utilitas (kegunaan),dan Venustas (keindahan). Karena untuk apa sebuah bangunan yang dirancang seindah,mewah dan menarik namun dari segi fungsi yang di butuhkan konsumen tidak terpenuhi, begitupun sebaliknya.
Namun dalam sebuah perancangan ataupun desain, kita sering menjumpai permasalahan salah satunya adalah tentang Ventilasi dan pencahayaan alami. Sebenarnya ventilasi dan pencahayaan itu apa sih? Terus dampak ataupun pengaruhnya dalam sebuah perancangan apa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ventilasi merupakan tempat pertukaran dan perputaran udara secara bebas di dalam ruangan. Sedangkan pencahayaan alami adalah sistem pencahayaan yang berasal dari sinar matahari baik secara langsung maupun tidak. Kedua elemen ini merupakan salah satu inti dalam sebuah bangunan. Karena ventilasi dan pencahayaan ini yang nantinya akan menggambarkan keadaan bangunan itu seperti apa. Apalagi untuk saat ini sudah banyak kita jumpai bangunan yang menerapkan inovasi kedua elemen tersebut. Salah satunya adalah pengembangan bangunan hijau/ramah lingkungan (Green Building).
Bangunan ramah lingkungan (Green Building) merupakan bangunan yang di rancang dengan memperhatikan keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Green Building juga merupakan salah satu solusi bagi pengembangan bangunan hijau dan cerdas. Mengapa demikian? Karena dalam perancangan bangunan ramah lingkungan banyak hal yang harus di pertimbangkan dan di perhatikan. Untuk itu muncul adanya konsep green architecture yaitu pendekatan perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh yang membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Green Building sendiri bukan hanya menggambarkan bangunan yang berwarna hijau atau menambahkan hiasan tanaman di sekitarnya. Akan tetapi green building ini lebih mengacu pada gedung dengan desain dan tata letak yang baik, efesiensi energi, dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dapat mengurangi biaya dalam pemeliharaannya, lebih nyaman ditinggali, serta lebih sehat bagi penghuni. Untuk pembangunan Green Building itu sendiri, ada standard dan kriteria yang harus di penuhi. Di Indonesia sendiri, sistem standarisasi ini di urus oleh Green Building Council Indonesia ( GBCI). Dengan kriteria yang dinilai meliputi efesiensi energi, konservasi air, pengembangan lokasi tepat guna, penggunaan material daur ulang dan pengolahan sampah, kualitas udara dan kenyamanan yang baik, serta pengolahan lingkungan gedung.
Sumber: https://pliskosolutions.com/
Kenapa saya membahas tentang standarisasi bangunan dalam penulisan ini? Karena kalau di perhatikan, banyak sekali pembangunan yang tidak memperhatikan hal tersebut. sehingga selain bangunan tersebut gagal dari segi struktur tentunya juga gagal dalam pemenuhan kenyamanan penghuni. Maka pada penulisan kali ini lebih berfokus pada EEC (Energy Efficiency and Conservation) dalam kriteria ventilasi dan pencahayaan alami. Dalam kriteria tersebut terdapat beberapa yang menjadi tolak ukur dalam penilaiannya. Diantaranya,
1. Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami ataupun mekanik.
2. Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya (kategori dan kriteria EEC pada GBCI).
Dalam penerapan ventilasi dan pencahayaan alami itu sendiri perlu di perhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Pemanfaatan yang optimal dari sinar matahari ini bisa menghemat energi listrik yang menjadi sumber pencahayaan buatan di rumah. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang, perlu jendela yang ukurannya besar atau dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Meskipun sinar matahari terasa hangat dan menyenangkan, sinar matahari juga mengandung UV yang nggak baik untuk kesehatan. Selain itu, datangnya sinar matahari juga diikuti dengan peningkatan suhu. Jadi, dibutuhkan perencanaan pencahayaan alami yang baik supaya kita bisa mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dan mengurangi efek buruknya.
2. Penghawaan Alami
Penghawaan alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka seperti ventilasi (lubang angin), jendela dan pintu yang dapat dibuka-tutup sesuai kebutuhan. Menurut rekomendasi pemerintah untuk rumah tinggal sederhana, ruang-ruang minimal mendapatkan ventilasi seluas 5% dari luasan ruang. Pertukaran udara di dalam bangunan itu sangat penting untuk kesehatan kita. Aliran udara yang bergerak (angin) dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi penghuni rumah. Selain itu, di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan dan bikin ruangan terasa lembap apalagi kalau sirkulasi udaranya nggak lancar.
Jadi,bagaimana cara kita dapat memaksimalkan ventilasi dan penghawaan alami supaya rumah masa kini tetap sehat? Hal itu dapat kita terapkan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Membuat lay out rumah yang sesuai kebutuhan dan dengan orientasi bangunan yang tepat,
b. Memaksimalkan pencahayaan alami dengan menggunakan skylight,
c. Menerapkan sistem cross ventilation atau ventilasi silang,
d. Membuat plafon dengan tinggi yang ideal,
e. Menggunakan material atap yang tepat,
f. Menanam banyak hehijauan.
Selain memperhatikan hal di atas, perlu di perhatikan kelebihan dan kekurangan bahan dan material yang akan di gunakan. Agar ketika dalam pemakaiannya dapat mengantisispasi daya tahan pemakaiannya dan dapat meminimalisir biaya pemeliharaan yang di butuhkan ke depannya..
Penutup
Inovasi untuk akselerasi pengembangan bangunan hijau dan cerdas dalam ventilasi dan pencahayaan alami pada bangunan menunjukkan bahwa meskipun perkembangan pembangunan yang sangat pesat dan gaya hidup manusia yang semakin tidak terkontrol, akan tetapi dari ke-3 prinsip (venustas,firmitas, dan utilitas) tidak bisa di abaikan. Karena ketika kita mengabaikan ketiga prinsip itu maka tidak hanya struktur yang gagal, akan tetapi dari segi kenyamanan, keselamatan penghuni juga akan terancam. Untuk ketika menghasilkan sebuah inovasi, perlu melakukan kajian ulang agar kesalahan yang terjadi dapat di antisipasi agar tidak terulang. .
.DAFTAR PUSTAKA
Pencahayaan & Penghawaan Alami Dalam Rumah. livingloving.net. 13 November 2018.30 Oktober 2024. https://www.livingloving.net/2018/more-articles/home/renovation-101-pencahayaan-penghawaan-alami-dalam-rumah/
Ali, H. H., dan Al Nsairat, S. F. 2009. “Developing a green building assessment tool for developing countries – Case of Jordan”. Building and Environment Vol. 44, 1053 1064
Vitruvius. Worldhistory.org.22 April 2015.30 Oktober 2024. https://www.bing.com/ck/a?!&&p=bbc294844888b8e4c3348dff0b149abad0b2bd1bd8d6eb8a3ece5294b35d198dJmltdHM9MTczMDI0NjQwMA&ptn=3&ver=2&hsh=4&fclid=22db90f8-1338-64dd-07c0-8438126e65a0&psq=vitruvius+de+architectura&u=a1aHR0cHM6Ly93d3cud29ybGRoaXN0b3J5Lm9yZy9WaXRydXZpdXMv&ntb=1.