Aspek Ruang Hijau untuk Kota Ramah Lingkungan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 38

Ditulis oleh Muhammad Rizki Cahyono.

PENDAHULUAN

  Saat ini seluruh dunia sedang dihadapi dengan perubahan iklim yang semakin menkhawatirkan. Pada era modern ini, dampak perubahan iklim semakin terasa nyata dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk peningkatan suhu global, kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering, serta penurunan kualitas lingkungan secara keseluruhan. Perkotaan, yang menjadi pusat dari berbagai aktivitas manusia serta penyumbang utama emisi gas rumah kaca, menghadapi ancaman serius akibat pemanasan global yang terus meningkat. Kondisi ini mengancam kenyamanan, kesehatan, dan keberlanjutan hidup masyarakat perkotaan. Perencanaan kota sering mengabaikan ruang hijau, yang menyebabkan banjir, peningkatan suhu, dan degradasi kualitas udara di kota-kota besar. Penurunan jumlah ruang hijau juga berdampak pada keanekaragaman hayati, yang sangat penting untuk ekosistem kota yang sehat.

  Salah satu solusi untuk menghadapi pemanasan global yaitu pembangunan Infrastruktur Hijau dan Ruang Hijau untuk pemanfaatan pola lingkungan secara alami dengan pengembangan lingkungan yang lebih baik. Konsep dari infrastruktur hijau adalah integrasi akan fungsi ekosistem terhadap aktivitas di suatu lahan secara efisien dan berkelanjutan. Melalui infrastruktur hijau, interkoneksi antar ruang hijau berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai ekosistem yang nantinya memberikan manfaat berkesinambungan kepada manusia. Fungsi dari infrastruktur hijau adalah konservasi ekosistem alami, manajemen sumber daya air, tanah, dan udara, estetika, penanggulangan dampak perubahan iklim, perlindungan dari bencana alam, dan lain-lain. Oleh karena itu pembangunan Infrastruktur Hijau merupakan mitigasi terhadap perubahan iklim dan adaptasi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Pendekatan ini penting, bukan hanya membangun kota yang fungsional dan nyaman, tetapi juga mampu bertahan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim kedepannya.

TINJAUAN LITERATUR

  Menurut MDPI ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca utama yang berkontribusi pada pemanasan global. Menurut penelitian, RTH memiliki kapasitas penyerapan karbon yang tinggi, dengan estimasi bahwa ruang hijau global dapat menyerap sekitar 7,6 miliar ton karbon per tahun. Zoer’aini Djamal (1997 & 2005) menyarankan bahwa suhu di bawah hutan kota dapat mencapai 3 derajat Celsius lebih rendah dibandingkan dengan suhu di sekitarnya, sehingga menciptakan kondisi yang lebih nyaman..

PEMBAHASAN

Infrastruktur hijau adalah pendekatan yang menggabungkan aspek lingkungan dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur, bertujuan meningkatkan keberlanjutan serta ketahanan terhadap perubahan iklim. Di sisi lain, ruang hijau memainkan peran penting dalam menciptakan kota yang ramah lingkungan dan mampu menghadapi tantangan perubahan iklim. Mengintegrasikan ruang hijau dan infrastruktur hijau dalam desain perkotaan merupakan solusi efektif untuk mengurangi dampak buruk pemanasan global dan membangun kota yang lebih sehat dan berkelanjutan..

Salah satu manfaat utama dari pengembangan ruang hijau dan infrastruktur hijau adalah kemampuannya dalam menurunkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan kualitas udara di wilayah perkotaan. Kota-kota besar, yang merupakan pusat aktivitas ekonomi dan sosial suatu negara, cenderung memiliki tingkat polusi yang tinggi akibat tingginya penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas industri. Oleh karena itu, pembangunan di perkotaan harus diseimbangkan dengan konsep berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kawasan ruang hijau, seperti hutan kota, taman kota, dan koridor hijau, sangat penting untuk menjaga kualitas udara dan mengurangi efek urban heat island yang membuat suhu kota lebih panas dibandingkan daerah sekitarnya. Hutan kota, misalnya, berfungsi sebagai paru-paru kota yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dan memproduksi oksigen (O2). Taman kota dan ruang terbuka hijau lainnya tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan bersantai, sehingga meningkatkan kesejahteraan sosial. Selain itu, pohon dan vegetasi lainnya membantu menyerap polutan seperti nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan partikel-partikel berbahaya yang terdapat di udara, sehingga kualitas udara dapat diperbaiki secara signifikan.

Integrasi infrastruktur hijau, seperti fasilitas transportasi ramah lingkungan dan jalur pejalan kaki yang nyaman, juga memainkan peran penting dalam mengurangi dampak lingkungan di kota. Fasilitas transportasi umum yang efisien, seperti bus listrik, kereta ringan, dan jalur sepeda, dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi, yang secara langsung mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, pembuatan jalur pejalan kaki serta jalur bagi sepeda yang memadai sehingga aman dan dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, sehingga mengurangi polusi dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Tamanisasi pada jalur moda transportasi, seperti penanaman pohon di sepanjang jalur kereta dan jalan raya, dapat berkontribusi pada penyerapan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, terutama kendaraan berbahan bakar solar dan memberikan kesan nyaman dan sejuk bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. Ini juga berlaku pada koridor hijau yang menghubungkan taman-taman kota dan ruang terbuka lainnya, sehingga menciptakan jaringan ekosistem perkotaan yang mendukung keanekaragaman hayati.

Selain itu, infrastruktur hijau juga mencakup teknologi seperti sistem drainase berkelanjutan (sustainable drainage systems atau SuDS), yang membantu mengelola air hujan dan mencegah banjir. Penggunaan drainase ini sudah digunakan di Dengan memanfaatkan teknologi ini, kota dapat lebih tahan terhadap perubahan iklim dan dampak cuaca ekstrem. Rain gardens dibangun membawa perubahan signifikan dalam mengelola air hujan. Dengan menampung dan memanfaatkan air hujan, kita dapat mengurangi kebutuhan terhadap air olahan secara drastis. Selain itu, Rain garden juga memberi peluang untuk mendesain ulang dan mengelola ruang terbuka, baik publik maupun pribadi, sehingga kualitas lingkungan dan keindahan visualnya dapat ditingkatkan. Penanaman vegetasi di area parkir dan di atas gedung (atap hijau) adalah contoh penerapan yang bisa membantu meresap air hujan, mengurangi suhu permukaan, dan meningkatkan kualitas udara. Secara keseluruhan, mengintegrasikan ruang hijau dan infrastruktur hijau dalam desain perkotaan memiliki dampak yang positif terhadap lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Langkah ini bukan hanya investasi bagi keberlanjutan kota, tetapi juga upaya untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman bagi semua penghuninya. Dengan komitmen pada pengembangan berkelanjutan, kota-kota dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan menghadirkan masa depan yang lebih hijau serta sejahtera bagi generasi mendatang..

KESIMPULAN

  Pembangunan infrastruktur dan ruang hijau di kota sangat penting untuk menghadapi perubahan iklim. Integrasi ruang hijau, seperti hutan kota, taman, dan koridor hijau, dapat meningkatkan kualitas udara, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung keanekaragaman hayati. Infrastruktur hijau, seperti transportasi ramah lingkungan, jalur pejalan kaki, dan drainase berkelanjutan, membantu mengurangi emisi karbon, mengatur suhu, dan mencegah banjir. Rain gardens dan atap hijau adalah contoh inisiatif yang meningkatkan kualitas udara dan estetika kota. Solusi ini membuat kota lebih tangguh terhadap cuaca ekstrem, meningkatkan kesehatan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

PENUTUP

  Dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Infrastruktur hijau dan ruang hijau memberikan solusi jangka panjang yang dapat mengatasi berbagai tantangan perkotaan, mulai dari polusi udara hingga ketahanan terhadap bencana alam. Dengan komitmen pada pembangunan berkelanjutan, kita dapat membangun kota yang tidak hanya fungsional dan estetis, tetapi juga tangguh terhadap perubahan iklim. Masa depan kota yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan adalah investasi penting bagi generasi saat ini dan mendatang..

DAFTAR PUSTAKA.

Alfakihuddin, M. L. B., Hasyim, A., Kuraesin, A. D., Sena, B., & Radjawane, L. E. (2024). Peran Infrastruktur Hijau Perkotaan dalam Meningkatkan Kualitas Udara di Jakarta. Jurnal Unitek, 17(1), 12-22.

Dunnett, Nigel, and Andy Clayden. “Rain gardens.” Managing Water Sustainably in the Garden and Designed Landscape; Timber Press: Portland, OR, USA (2007).

ERVIANTO, W. I. (2019). Kajian Infrastruktur Ramah Lingkungan Di Perkotaan. Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil, 2(2), 141-148.

Kasim, J. A., Yusof, M. J. M., & Shafri, H. Z. M. (2019, January 31). The Many Benefits of Urban Green Spaces. Department of Landscape Architecture, Faculty of Design and Architecture, Universiti Putra Malaysia.

Kurniandri, A. D. (2023). DESAIN GEDUNG RENDAH EMISI UNTUK GALERI SAINS DAN TEKNOLOGI TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN PERKOTAAN (Doctoral dissertation, Universitas Kristen Duta Wacana).

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 1 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 1

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment