Makassar di Tengah Krisis Iklim: Urgensi Edukasi dan Implementasi Atap Hijau pada Bangunan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 27

Ditulis oleh Nur Miftah Ramadhani Suardi

Saat ini, perubahan iklim menjadi masalah global yang semakin mendalam, dengan dampak yang dirasakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Kota Makassar, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, tidak terhindar dari dampak tersebut. Laporan Climate Central mencatat bahwa Makassar termasuk dalam daftar kota yang mengalami peningkatan suhu yang signifikan akibat perubahan iklim. Data menunjukkan bahwa kota ini telah mengalami indeks pergeseran iklim level 3 atau lebih tinggi selama 92 hari berturut-turut, dengan peningkatan suhu sebesar 1,2 derajat Celsius. Fenomena ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat dan lingkungan kota.

Untuk menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks, Kota Makassar memerlukan inovasi serta langkah strategis yang dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penerapan konsep kota hijau. Sebelum mendalami lebih jauh penerapan konsep tersebut, penting untuk terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan kota hijau. Menurut Eva. (2022), “Kota Hijau” adalah suatu rencana pembangunan yang mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang bersih. Tujuan dari pengembangan kota hijau adalah untuk menciptakan lingkungan yang tidak hanya layak huni tetapi juga berkelanjutan, sehingga mampu mendukung kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang.

Salah satu pendekatan yang paling efektif dalam menciptakan kota hijau adalah melalui penerapan atap hijau (green roof). Atap hijau adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengontrol suhu bangunan dengan menanam vegetasi pada atap bangunan. Tanaman yang tumbuh di atap berfungsi untuk menyerap panas berlebih dari matahari, sehingga bangunan terlindungi dari radiasi panas. Selain itu, pada saat hujan, tanaman juga berfungsi untuk menyerap air, mengurangi limpasan air, dan mencegah banjir. Keberadaan atap hijau ini tidak hanya memberikan kenyamanan suhu yang sejuk di dalam bangunan, tetapi juga berperan dalam menciptakan lingkungan mikro yang lebih baik di sekitar bangunan..

        .

.

Gambar 1. Elemen konstruksi pada green roof

Atap hijau terdiri dari beberapa komponen penting yang saling mendukung satu sama lain. Komponen-komponen tersebut meliputi vegetasi, lapisan media tanam, filter layer, lapisan drainase, lapisan proteksi, root barrier, dan waterproofing membrane. Setiap elemen memiliki fungsi yang sangat penting untuk memastikan bahwa atap hijau dapat beroperasi dengan baik sebagai solusi ramah lingkungan. Melalui penerapan atap hijau, berbagai masalah terkait polusi dan limpasan air dapat diatasi dengan efektif. Menurut Mustafa (2024), dedaunan yang lebat pada atap bangunan dapat mengurangi panas matahari hingga 60 persen melalui atap gedung. Tanaman yang tumbuh di atap juga berfungsi untuk menyerap partikel debu serta gas berbahaya, seperti nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan karbon dioksida (CO2), yang sering kali mencemari udara di kawasan perkotaan.

Pada musim hujan, atap hijau memiliki fungsi tambahan, yaitu mengurangi limpasan air dan mengurangi risiko banjir. Namun, keberhasilan fungsi tersebut sangat tergantung pada kondisi drainase atap hijau. Oleh karena itu, pemilihan media tanam yang sesuai, sistem penyimpanan air yang memadai, serta saluran drainase yang baik, sangat penting untuk memastikan fungsi atap hijau berjalan dengan optimal. Penelitian oleh Arbiatun dkk. (2023) menunjukkan bahwa green roof berpotensi besar dalam mitigasi efek urban heat island dan manajemen air hujan di Singapura. Green roof mampu menurunkan suhu permukaan atap hingga 7,3°C dan suhu udara sekitar 0,5°C, serta mengurangi puncak limpasan air hingga 65%.

Salah satu keuntungan utama dari penerapan atap hijau adalah peningkatan kinerja energi bangunan. Atap hijau berfungsi sebagai perisai alami yang melindungi bangunan dari panas yang disebabkan oleh paparan sinar matahari. Lapisan tanah dan tanaman di atas atap membantu menstabilkan suhu di dalam bangunan, yang dapat mengurangi ketergantungan pada pendingin ruangan, terutama pada saat cuaca panas. Dengan demikian, penggunaan energi untuk mendinginkan ruangan dapat ditekan secara signifikan. Sebaliknya, saat musim dingin, atap hijau juga berfungsi sebagai lapisan insulasi tambahan yang membantu menjaga suhu agar tetap hangat di dalam bangunan, mengurangi kebutuhan akan pemanas yang berlebihan. Oleh karena itu, penerapan atap hijau juga dapat berkontribusi pada pengurangan penggunaan energi untuk pemanas di musim dingin.

Lebih dari manfaat langsung, atap hijau memberikan keuntungan jangka panjang dalam hal penghematan biaya energi dan operasional. Dengan berkurangnya penggunaan pendingin ruangan dan pemanas, bangunan dapat menghemat energi secara lebih efisien. Ini tidak hanya mengurangi biaya listrik tetapi juga membantu mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh bangunan. Dengan demikian, atap hijau mendukung tujuan global untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta turut berperan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang ada.

Selain manfaat jangka panjang dalam penghematan energi, atap hijau juga dapat ditingkatkan fungsinya dengan integrasi teknologi. Salah satu upayanya adalah dengan memasang sensor udara pada atap hijau. Integrasi ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Pemilihan Sensor Udara

Gunakan sensor udara untuk memantau kualitas udara seperti CO2, suhu, kelembaban, dan polutan lainnya. Contohnya, sensor MQ-135 untuk CO2 dan DHT22 untuk suhu dan kelembaban.

2. Desain Sistem Kontrol

Mikrokontroler seperti Arduino UNO dapat menerima data dari sensor, memprosesnya, dan mengontrol atap hijau. Berdasarkan data lingkungan, mikrokontroler dapat mengatur posisi atap hijau.

3. Integrasi Sensor

Sensor seperti DHT22 dan MQ-135 dihubungkan ke mikrokontroler untuk memantau kondisi lingkungan secara real-time dan memberi sinyal untuk membuka atau menutup atap hijau.

4. Kontrol Atap Hijau

Mikrokontroler mengeluarkan sinyal untuk membuka atap hijau ketika kelembaban tinggi atau polusi udara melebihi batas, membantu meningkatkan ventilasi dan mengurangi suhu serta polusi.

5. Visualisasi Data

Data yang diterima dari sensor ditampilkan pada layar LCD untuk memudahkan pemantauan kondisi udara dan pengaturan atap hijau secara langsung.

6. .Komunikasi Jaringan

Dengan modul Wi-Fi seperti NodeMCU ESP8266, data dari sensor dapat dikirim ke server cloud, memungkinkan pengelola bangunan untuk memantau kondisi udara dan atap hijau dari jarak jauh melalui perangkat pintar.

Keuntungan dari sistem ini sangat banyak, seperti memantau kualitas udara dengan mengukur polutan seperti CO2 dan partikel halus, serta memantau kelembaban tanah dan mengendalikan sistem irigasi. Ini juga memastikan tanaman di atap hijau mendapatkan air yang cukup tanpa pemborosan. Secara keseluruhan, sensor udara membantu memantau kondisi tanaman di atap hijau dan mencegah kerusakan pada tanaman tersebut.

Namun, meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan atap hijau di Indonesia, khususnya di Kota Makassar, masih tergolong rendah. Penggunaan atap hijau di Makassar masih minim karena kurangnya kebijakan atau regulasi yang mendukung. Di beberapa negara seperti Singapura, Jerman, dan Amerika Serikat, pemerintah memberikan insentif seperti potongan pajak atau subsidi kepada warga yang memasang atap hijau di bangunannya. Dukungan semacam ini menjadi pendorong bagi masyarakat di negara-negara tersebut untuk berpartisipasi dalam penggunaan atap hijau. Di sisi lain, masyarakat di Makassar masih belum sepenuhnya memahami potensi besar yang dimiliki oleh atap hijau.

Misalnya, atap hijau dapat membuat bangunan lebih sejuk dengan menahan panas berlebih, terutama saat cuaca terik. Selain itu, atap hijau juga berfungsi untuk menyerap sebagian air hujan, mengurangi limpasan air dan potensi terjadinya banjir. Tanaman di atap hijau turut menyerap polusi dan meningkatkan kualitas udara di sekitar bangunan, menjadikannya lebih bersih dan sehat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat, khususnya mahasiswa arsitektur dan perencana wilayah, tentang manfaat atap hijau. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dan profesional di Makassar dapat lebih mendalami dan mengimplementasikan konsep atap hijau dalam perencanaan bangunan.

Seiring semakin banyaknya bangunan di Makassar yang dilengkapi dengan atap hijau, maka kota ini akan semakin terasa hijau, sejuk, dan nyaman untuk dihuni. Kehadiran atap hijau tidak hanya menciptakan suasana kota yang lebih asri, tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Selain itu, penerapan atap hijau di Makassar dapat memberikan dampak positif yang luas bagi lingkungan dan masyarakat. Kota Makassar akan semakin asri dengan tanaman hijau yang menghiasi atap bangunan, menciptakan kesan sejuk dan alami di tengah perkotaan.

Penerapan atap hijau di Kota Makassar memberikan manfaat langsung dan jangka panjang. Kehadiran atap hijau akan membantu menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih nyaman, sejuk, dan mendukung kualitas hidup yang lebih baik bagi warga. Kota Makassar juga dapat berpotensi menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam hal pengembangan infrastruktur yang lebih hijau dan berkelanjutan. Keberhasilan implementasi atap hijau akan menjadi bukti bahwa kota modern juga dapat tetap harmonis dengan alam, sambil memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Arbiatun, F., & Wulandari, A. A. (2024). Uji Coba Atap Hijau untuk Pengelolaan Airstrom dan Pengurangan Efek Panas Perkotaan di Singapura. Casuarina: Environmental Engineering Journal, 1(2), 23-27.

EVA, Y. (2022). MODUL PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).

INDONESIA, C. (2024, Juni 12). Deret Kota Dunia Paling Kena Efek Pemanasan Global, Makassar Juara. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240612081142-641-1108777/ deret-kota-dunia-paling-kena-efek-pemanasan-global-makassar-juara

Mustafa, M. (2024). Peran Desain Permukiman Dalam Membangun Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online), 5(2), 587-600.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment