Rahasia Bangunan Hijau yang dapat Menghemat Hingga 50% Tagihan Listrik

Last Updated: 31 July 2024By

Konsep bangunan hijau semakin mendapatkan perhatian sebagai solusi efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan biaya operasional, terutama tagihan listrik. Saat dunia menghadapi tantangan perubahan iklim dan meningkatnya biaya energi, penerapan praktik bangunan hijau dan berkelanjutan menjadi semakin penting. Dengan penerapan desain dan teknologi yang tepat, bangunan hijau dapat mengurangi penggunaan energi listrik hingga 50% dengan tambahan investasi yang tidak terlalu besar pada saat pembangunan. Bahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa penghematan energi listrik hingga 50% dapat dicapai dengan hanya menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya. Investasi tambahan sebesar 5% pada saat pembangunan untuk implementasi teknologi dan desain hijau dapat dengan cepat terbayar melalui penghematan energi yang menjadikannya sebagai solusi yang berkelanjutan dan ekonomis.

Adapun konsep dan strategi bangunan hijau yang harus diperhatikan supaya dapat menghemat listrik hingga 50%, adalah sebagai berikut:

Desain Pasif

  • Orientasi Bangunan: Menyusun orientasi bangunan untuk memaksimalkan penerimaan cahaya alami dan ventilasi, mengurangi kebutuhan pencahayaan dan pendinginan buatan. Untuk daerah tropis, orientasi bangunan yang optimal adalah utara-selatan. Orientasi tersebut memaksimalkan penerimaan cahaya alami tanpa terlalu banyak panas dari sinar matahari langsung dan mengurangi kebutuhan pencahayaan serta pendinginan buatan. Penempatan jendela besar di sisi utara dan selatan memanfaatkan cahaya alami, sementara bukaan di sisi timur dan barat sebaiknya lebih kecil atau dilengkapi dengan peneduh untuk mengurangi panas. Selain itu, penggunaan overhangs, kisi-kisi, atau kanopi di sisi timur dan barat dapat melindungi dari sinar matahari langsung dan panas berlebih, serta memfasilitasi ventilasi alami yang efektif.
  • Isolasi Termal: Menggunakan material isolasi berkualitas tinggi pada dinding, atap, dan jendela untuk mengurangi kehilangan atau penyerapan panas. Menggunakan material isolasi berkualitas tinggi pada dinding, atap, dan jendela untuk mengurangi kehilangan atau penyerapan panas sangat penting di daerah tropis. Material yang dapat digunakan meliputi  fiberglass untuk dinding dan atap yang memiliki kemampuan isolasi termal yang baik. Selain itu, panel insulasi berbasis poliuretan atau polistirena juga efektif untuk atap dan dinding. Untuk jendela, penggunaan kaca low-E (low-emissivity) atau kaca ganda (double-glazed) dapat mengurangi panas yang masuk tanpa mengurangi cahaya alami. Material-material ini membantu menjaga suhu dalam ruangan tetap nyaman dan mengurangi kebutuhan energi untuk pendinginan.

Pencahayaan Hemat Energi

  • Lampu LED: Memanfaatkan lampu LED yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan memiliki umur panjang. Untuk memaksimalkan manfaatnya, pilih lampu LED dengan sertifikasi energi yang baik dan sesuaikan tingkat kecerahan (lumen) dengan kebutuhan setiap ruangan. Pasang sensor gerak atau timer di area yang jarang digunakan, seperti koridor dan kamar mandi, untuk memastikan lampu hanya menyala saat diperlukan. Selain itu, integrasikan sistem pencahayaan LED dengan sistem manajemen bangunan yang memungkinkan pengaturan pencahayaan otomatis berdasarkan waktu atau aktivitas. Kombinasi dari teknologi LED dan kontrol yang cerdas tersebut tidak hanya mengurangi konsumsi energi, tetapi juga mengurangi biaya perawatan karena umur panjang dari lampu LED.
  • Sensor Cahaya dan Gerak: Memasang sensor yang menyesuaikan pencahayaan berdasarkan keberadaan orang dan intensitas cahaya alami. Sensor gerak, yang dipasang di area strategis seperti koridor, ruang kerja, dan ruang tamu, akan mendeteksi keberadaan penghuni dan secara otomatis menyalakan atau mematikan lampu sesuai kebutuhan. Selain itu, sensor cahaya yang mengukur intensitas cahaya alami dapat mengatur tingkat kecerahan lampu buatan sehingga tetap konsisten dengan pencahayaan alami yang masuk dari jendela atau skylight. Dengan menggabungkan kedua jenis sensor ini dalam sistem pencahayaan yang terintegrasi, penggunaan energi dapat dioptimalkan, mengurangi pemborosan listrik dan menyesuaikan pencahayaan dengan aktivitas dan kondisi lingkungan yang berubah.

Sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) yang Efisien

  • AC dengan Coefficient of Performance (COP) Tinggi: Untuk sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) yang efisien, menggunakan AC dengan Coefficient of Performance (COP) tinggi adalah strategi yang sangat efektif. COP adalah ukuran efisiensi dari sistem pendinginan, yang menunjukkan berapa banyak pendinginan yang dihasilkan dibandingkan dengan energi listrik yang dikonsumsi. AC dengan COP tinggi menawarkan kinerja pendinginan yang lebih besar untuk setiap unit energi yang digunakan, sehingga mengurangi konsumsi listrik dan biaya operasional. Dalam memilih AC, cari model yang memiliki COP tinggi dan sesuai dengan kebutuhan pendinginan ruangan. Selain itu, pastikan sistem AC terpasang dengan benar dan dirawat secara berkala untuk mempertahankan efisiensi maksimum. Integrasi AC berCOP tinggi dalam sistem HVAC dapat secara signifikan menurunkan jejak energi bangunan, meningkatkan kenyamanan penghuni, dan mengurangi dampak lingkungan.
  • Ventilasi Alami: Mengoptimalkan ventilasi alami cahaya matahari untuk mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin udara. Desain bangunan yang baik harus memaksimalkan sirkulasi udara melalui penempatan bukaan seperti jendela, ventilasi, dan lubang udara pada posisi yang strategis untuk memfasilitasi aliran udara silang. Memasang jendela besar atau atap skylight di sisi yang menghadap ke arah angin dominan dan menggunakan elemen desain seperti lorong terbuka atau celah ventilasi dapat meningkatkan pertukaran udara alami dan pencahayaan. Dengan strategi ini, suhu dalam ruangan dapat dijaga tetap nyaman secara alami, mengurangi kebutuhan penggunaan AC dan pencahayaan buatan, serta menurunkan konsumsi energi dan biaya operasional.

Energi Terbarukan

  • Panel Surya: Memasang panel surya untuk memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listrik. Pertama, lakukan analisis lokasi untuk menentukan posisi terbaik di atap atau area terbuka yang mendapatkan sinar matahari langsung secara optimal sepanjang hari. Selanjutnya, pilih panel surya dengan efisiensi tinggi dan sistem inverter yang sesuai untuk mengonversi energi matahari menjadi listrik yang dapat digunakan. Pasang panel dengan sudut kemiringan dan orientasi yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan cahaya matahari. Integrasikan sistem surya dengan grid listrik atau sistem penyimpanan energi (baterai) untuk memastikan pasokan listrik yang konsisten. Terakhir, lakukan pemeliharaan rutin untuk memastikan panel tetap bersih dan berfungsi dengan baik, serta monitor kinerja sistem secara berkala untuk memaksimalkan keuntungan dari investasi energi terbarukan ini.
  • Energi Angin: Menggunakan turbin angin kecil sebagai sumber energi tambahan di daerah yang memungkinkan melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan hasil yang optimal. Pertama, lakukan penilaian kondisi angin di lokasi untuk menentukan apakah kecepatan dan pola angin cukup konsisten untuk mendukung operasi turbin; ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data angin selama periode waktu tertentu menggunakan alat seperti anemometer. Selanjutnya, pilih turbin angin kecil yang sesuai dengan potensi angin lokal dan kebutuhan energi tambahan yang diinginkan. Instal turbin pada ketinggian yang memadai dan jauh dari hambatan seperti bangunan atau pohon yang dapat mengurangi aliran angin. Pastikan sistem turbin angin terintegrasi dengan sistem penyimpanan energi atau grid listrik, sehingga energi yang dihasilkan dapat disimpan atau disalurkan sesuai kebutuhan. Lakukan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin untuk memastikan bahwa turbin berfungsi dengan efisien dan dapat memberikan kontribusi energi yang konsisten. Dengan langkah-langkah ini, turbin angin kecil dapat menjadi sumber energi tambahan yang bermanfaat, terutama di lokasi dengan potensi angin yang baik.

Material Ramah Lingkungan

  • Material Daur Ulang: Menggunakan bahan bangunan yang dapat didaur ulang atau berasal dari sumber yang berkelanjutan. Strategi implementasi melibatkan pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan memiliki dampak minimal terhadap sumber daya alam. Pertama, identifikasi dan pilih bahan yang terbuat dari material daur ulang seperti beton daur ulang atau baja bekas, serta bahan yang diperoleh dari sumber yang dikelola secara berkelanjutan seperti kayu bersertifikat FSC. Dalam tahap desain, pastikan bahwa bahan tersebut dapat disiapkan dan dipasang dengan mudah, serta memiliki umur panjang dan daya tahan yang baik. Bekerja sama dengan pemasok yang memiliki komitmen terhadap praktik berkelanjutan dan pastikan bahwa semua komponen bangunan memenuhi standar lingkungan yang relevan. Dengan langkah-langkah ini, penggunaan bahan bangunan berkelanjutan dapat mengurangi jejak lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya.
  • Cat dan Bahan Kimia Rendah VOC: Menggunakan produk dengan emisi senyawa organik volatil (VOC) rendah untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, pilihlah produk seperti cat, lem, dan pelapis yang memiliki emisi VOC rendah atau bebas VOC. Pertama, periksa label produk dan pilih yang memenuhi standar rendah VOC yang ditetapkan oleh lembaga lingkungan. Dalam proses aplikasi, pastikan ventilasi yang baik selama dan setelah pemasangan untuk mempercepat penghilangan senyawa berbahaya dari udara. Selain itu, gunakan produk ini di seluruh area yang memerlukan pembaruan atau perbaikan untuk menjaga kualitas udara yang sehat dan mengurangi potensi dampak negatif terhadap kesehatan penghuni.

Pengelolaan Air yang Efisien

  • Pengumpulan Air Hujan: Menggunakan sistem untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk keperluan non-potable seperti penyiraman tanaman dan toilet. Implementasikan sistem pengumpulan air hujan dengan memasang talang dan saluran yang mengarahkan air hujan dari atap ke dalam tangki penyimpanan. Pilih tangki penyimpanan yang sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan pastikan dilengkapi dengan sistem filtrasi untuk menghilangkan kotoran dan debris sebelum air digunakan. Gunakan air hujan yang dikumpulkan untuk keperluan non-potable seperti penyiraman tanaman dan toilet, dengan memasang sistem distribusi yang terhubung ke sistem plumbing non-potable di rumah. Pemeliharaan rutin pada sistem pengumpulan dan penyimpanan, termasuk pembersihan tangki dan pemeriksaan saluran, akan memastikan efektivitas sistem dan kualitas air yang baik.
  • Peralatan Hemat Air: Memasang toilet, keran, dan shower yang dirancang untuk mengurangi penggunaan air. Pasang peralatan hemat air seperti toilet, keran, dan shower yang dirancang untuk mengurangi penggunaan air tanpa mengorbankan kinerja. Pilih toilet dengan flush rendah yang menggunakan sedikit air per flush, keran dengan aerator untuk mengurangi aliran air, dan showerhead dengan teknologi rendah aliran yang tetap memberikan pengalaman mandi yang nyaman. Instal peralatan ini di semua area yang relevan, dan pastikan mereka memenuhi standar efisiensi air yang ditetapkan. Dengan implementasi peralatan hemat air ini, konsumsi air dapat dikurangi secara signifikan, membantu konservasi sumber daya dan menurunkan biaya utilitas.

Teknologi Pintar

  • Sistem Otomasi: Menggunakan sistem otomasi rumah yang dapat mengatur penggunaan energi secara efisien berdasarkan kebiasaan penghuni. Implementasikan sistem otomasi rumah dengan memasang perangkat dan sensor pintar yang dapat mengontrol penggunaan energi secara otomatis. Sistem ini harus dapat memantau kebiasaan penghuni dan menyesuaikan pengaturan energi seperti pencahayaan, pemanasan, dan pendinginan berdasarkan aktivitas dan waktu. Konfigurasi perangkat agar terhubung dengan aplikasi atau pusat kontrol untuk memungkinkan pengaturan yang mudah dan pemantauan jarak jauh. Pastikan sistem otomasi dapat berintegrasi dengan perangkat energi lainnya dan diatur untuk mengoptimalkan penggunaan energi secara efisien, mengurangi pemborosan dan biaya energi.
  • Monitoring Energi: Memasang perangkat monitoring untuk melacak konsumsi energi dan mengidentifikasi area yang bisa dihemat. Pasang perangkat monitoring energi di berbagai titik dalam sistem listrik bangunan untuk melacak konsumsi energi secara real-time dan mengidentifikasi area yang dapat dihemat. Perangkat ini harus dapat memberikan data terperinci tentang penggunaan energi per perangkat atau zona, serta laporan historis dan analisis tren. Gunakan informasi ini untuk menilai pola konsumsi dan menemukan peluang penghematan, seperti mengidentifikasi peralatan yang tidak efisien atau kebiasaan penggunaan yang boros. Dengan memonitor energi secara sistematis, dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi konsumsi dan meningkatkan efisiensi energi di seluruh bangunan.

Dengan menerapkan berbagai strategi di atas maka dapat tercapai efisiensi energi yang signifikan, menghemat hingga 50% tagihan listrik, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi penghuninya dan lingkungan sekitar. Untuk menerapkan konsep bangunan hijau secara efektif, tentu tidak terlepas dari perilaku budaya penggunanya. Kesadaran untuk menerapkan kebiasaan hemat energi, serta diperlukan juga dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah. Inisiatif tersebut tidak hanya bermanfaat untuk penghematan biaya operasional, tetapi juga berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Dengan demikian, bangunan hijau tidak hanya menawarkan penghematan biaya yang signifikan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.

Referensi:

Febrianto R.S. Kajian Metode dan Konsep Bentuk Arsitektur Hijau pada Bangunan Rumah Tinggal.  Institut Teknologi Nasional Malang. Prosiding Semsina, Sub Topik:4 (2019). https://doi.org/10.36040/semsina.vi.2206 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. “Green Building Hemat Konsumsi Energi Hingga 50%”. https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/green-building-hemat-konsumsi-energi-hingga-50 diakses 26 Juli 2024.

Kusumaputra Adhi. Kompas.id, “Bangunan Hijau Harus Didukung oleh Perilaku Hijau”. https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2018/07/26/bangunan-hijau-harus-didukung-oleh-perilaku-hijau diakses 26 Juli 2024.

About the Author: Andi Sudarmanto

Leave A Comment