Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau

Last Updated: 8 November 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 80

Ditulis oleh Hanna Haerany

Pendahuluan

Kesadaran masyarakat akan dampak pembangunan dan penerapan teknik konstruksi hijau dinilai penting karena masyarakat adalah konsumen pembangunan. Sektor pembangunan merupakan salah satu faktor penyebab pemanasan global. Menyinggung Pedoman Negara Perubahan Iklim No. 8 Tahun 2010, bangunan tidak berbahaya bagi ekosistem (green building) adalah bangunan yang menggabungkan standar ekologi ke dalam rencana, pengembangan, kegiatan, Studi ini bertujuan untuk mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan industrial material hijau dengan penerapannya terhadap fasad bangunan arsitektur. Metode studi yang digunakan adalah studi e-jurnal dengan mengumpulkan penelitian-penelitian terdahulu melalui google schoolar dan Mendeley dengan kata kunci: Green Industrial Material dan Building Façade. Beberapa penelitian yang ditemukan berupa hasil studi science material bangunan.

Bangunan hijau merupakan istilah yang mengacu pada ‘bangunan berkelanjutan’ yang memenuhi kriteria tertentu, termasuk lokasi, sistem perencanaan dan desain dan pengoperasian, dengan tetap berpegang pada prinsip konservasi energi dan memiliki pengaruh yang baik terhadap lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. (Wijaya, 2020) Arsitektur Industrial adalah sebuah gaya desain dan pemanfaatan kontruksi bangunan yang utamanya melayani dan mewadahi segala proses kebutuhan industrial. Industrial style mengacu pada tren estetika dalam desain yang menekankan penggunaan raw material

Perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah mendorong peningkatan kesadaran akan pentingnya arsitektur berkelanjutan. Bangunan-bangunan merupakan salah satu penyumbang utama emisi karbon dan penggunaan sumber daya alam. Dalam konteks ini, arsitektur berkelanjutan menjadi krusial untuk mengurangi dampak negatif yang dihasilkan oleh pembangunan. Penerapan prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan melibatkan pertimbangan yang mendalam terhadap aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dari suatu bangunan. Hal ini mencakup pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan, penggunaan energi terbarukan, desain yang memaksimalkan efisiensi energi, serta perhatian terhadap aspek kenyamanan dan kesehatan penghuni. Meskipun semakin banyak kesadaran akan pentingnya arsitektur berkelanjutan, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Mulai dari biaya yang lebih tinggi hingga kurangnya pemahaman dan edukasi masyarakat, serta kurangnya regulasi yang mendukung pembangunan ramah lingkungan. Di tengah tantangan ini, inovasi menjadi kunci dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan mendorong adopsi arsitektur berkelanjutan secara luas. Dengan latar belakang ini, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk mengidentifikasi solusi-solusi inovatif dalam arsitektur berkelanjutan yang tidak hanya memperhitungkan kebutuhan manusia saat ini, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan untuk generasi mendatang. Selain itu, arsitektur berkelanjutan juga berkaitan erat dengan agenda global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). SDGs menggarisbawahi pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam konteks ini, arsitektur berkelanjutan bukan hanya menjadi solusi untuk mengurangi jejak ekologis, tetapi juga menjadi instrumen untuk mencapai SDGs, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan akses terhadap perumahan yang layak, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan aman bagi semua. Dalam perkembangan arsitektur berkelanjutan, peran teknologi juga semakin penting. Teknologi hijau, seperti sistem manajemen energi pintar, material konstruksi inovatif, dan desain bangunan berbasis digital, dapat meningkatkan efisiensi energi, mengurangi limbah, dan meningkatkan kualitas hidup penghuni. Namun demikian, tantangan dalam mengintegrasikan teknologi ini dengan praktik arsitektur yang berkelanjutan perlu diatasi, termasuk biaya investasi awal, keandalan teknologi, dan ketersediaan infrastruktur yang mendukung.

Pembahasan

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap keberlanjutan dan lingkungan semakin meningkat. Konstruksi bangunan hijau menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu aspek penting dalam bangunan hijau adalah penggunaan material daur ulang. Material daur ulang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghemat sumber daya alam dan energi. Pembahasan ini akan menguraikan penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau, termasuk jenis material yang dapat digunakan, manfaat, tantangan, serta contoh penerapannya..

Jenis Material Daur Ulang dalam Konstruksi

1. Beton Daur Ulang

(Sumber: https://nationalgeographic.grid.id )

Beton daur ulang diperoleh dari penghancuran bangunan lama dan mengolah kembali materialnya. Penggunaan beton daur ulang dapat mengurangi kebutuhan akan material baru. Beton daur ulang merupakan solusi yang sangat menjanjikan untuk mengatasi permasalahan limbah konstruksi dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan terus dilakukannya penelitian dan pengembangan, beton daur ulang akan semakin berperan penting dalam membentuk masa depan industri konstruksi yang lebih ramah lingkungan.

2. Kayu Daur Ulang

(Sumber: https://pixabay.com)

Kayu yang berasal dari pemeliharaan atau pembongkaran bangunan lama dapat diperbaiki dan digunakan kembali. Kayu daur ulang ini seringkali memiliki nilai estetika yang tinggi dan memberikan karakter pada bangunan.

3. Logam Daur Ulang

(Sumber: https://dynatech-int.com/id/)

Logam, seperti baja dan aluminium, dapat didaur ulang tanpa kehilangan kualitasnya. Penerapan logam daur ulang dalam konstruksi dapat mengurangi kebutuhan akan ekstraksi bahan mentah baru.

4. Kaca Daur Ulang

(Sumber: https://pixabay.com)

Kaca yang dihasilkan dari proses daur ulang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti jendela, partisi, dan elemen dekoratif. Kaca daur ulang memiliki keunggulan dalam mengurangi limbah dan energi yang diperlukan untuk memproduksi kaca baru.

5. Bahan Kemasan Daur Ulang

(Sumber: https://kadujayaperkasa.com/id)

Bahan kemasan, seperti plastik dan kertas, dapat dimanfaatkan dalam desain interior bangunan. Meskipun mungkin tidak secara langsung digunakan dalam struktur bangunan, bahan ini dapat berkontribusi pada elemen estetika dan fungsi.

Manfaat Penggunaan Material Daur Ulang

1. Pengurangan Limbah

Dengan menggunakan material daur ulang, limbah konstruksi yang dihasilkan dapat diminimalisir. Hal ini sangat penting dalam mengurangi beban pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu, pengurangan limbah dapat berdampak positif bagi lingkungan yang asri.

2. Penghematan Energi

Proses produksi material daur ulang biasanya memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan produksi material baru. Ini berkontribusi pada pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi.

3. Penghematan Biaya

Penggunaan material daur ulang dapat mengurangi biaya material, sehingga menguntungkan bagi kontraktor dan pengembang. Meskipun ada biaya awal untuk mengolah material, penghematan dalam jangka panjang dapat signifikan.

4. Keberlanjutan

Menerapkan prinsip keberlanjutan dalam konstruksi dapat meningkatkan reputasi perusahaan serta memenuhi permintaan pasar akan bangunan yang ramah lingkungan.

5. Peningkatan Kualitas Udara Dalam Ruangan

Banyak material daur ulang memiliki sifat yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, seperti mengurangi emisi senyawa organik volatil (VOCs) yang berbahaya..

Tantangan dalam Penerapan Material Daur Ulang

1. Keterbatasan Akses

Ketersediaan material daur ulang yang berkualitas sering kali menjadi tantangan. Tidak semua material yang didaur ulang memenuhi standar yang diperlukan untuk konstruksi.

2. Persepsi Negatif

Beberapa pemangku kepentingan mungkin memiliki persepsi negatif tentang penggunaan material daur ulang, menganggapnya inferior dibandingkan dengan material baru.

3. Regulasi dan Standar

Standar dan regulasi yang ketat terkait material konstruksi dapat menghambat penggunaan material daur ulang. Pengembang perlu memastikan bahwa material daur ulang yang digunakan memenuhi semua persyaratan yang berlaku.

4. Teknik Konstruksi

Penerapan material daur ulang mungkin memerlukan teknik konstruksi yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan material baru. Ini memerlukan pelatihan tambahan bagi pekerja konstruksi.

Contoh Penerapan

1. Proyek Bangunan Hijau di Jakarta

(Sumber: https://setiapgedung.id/)

Salah satu proyek di Jakarta yaitu Sequis Center telah berhasil menerapkan material daur ulang, seperti beton dan kayu, dalam desain mereka. Proyek-proyek ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menjadi contoh bagi pengembang lain.

2. Kantor Berbasis Hijau

              

(Sumber: https://jakarta.suaramerdeka.com)

  

(Sumber: https://pro-xhome.com)

Banyak kantor baru di Indonesia mulai menggunakan material daur ulang dalam pembangunan mereka. Penggunaan kaca daur ulang sebagai partisi dan kayu daur ulang untuk furnitur menjadi tren yang berkembang.

3. Pengembangan Perumahan Ramah Lingkungan

(Sumber: https://www.sinarmasland.com)

(Sumber: https://eticon.co.id)

Beberapa pengembang perumahan mulai menerapkan konsep bangunan hijau dengan menggunakan material daur ulang untuk atap, dinding, dan elemen interior, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi penghuni.

Kesimpulan

Penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau adalah langkah penting menuju keberlanjutan lingkungan. Meskipun ada tantangan dalam penggunaannya, manfaat yang dihasilkan jauh lebih besar. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat, serta edukasi mengenai pentingnya material daur ulang, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Adopsi material daur ulang bukan hanya tentang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan nilai tambah dalam industri konstruksi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Pangkey, P. S., Puspitasari, P., & Rosnarti, D. (2022, August). MATERIAL INDUSTRIAL HIJAU PADA PERANCANGAN FASAD BANGUNAN ARSITEKTUR. In Prosiding Seminar Intelektual Muda (Vol. 3, No. 2, pp. 255-260).

Prasetia, M. D., & Triyuly, W. (2023). PENERAPAN KONSEP BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN. Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER), 15(1), 541-547.

Angin, A. P. (2024). ARSITEKTUR BERKELANJUTAN: TANTANGAN DAN INOVASI MENUJU BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN. WriteBox, 1(3).

Muhammadsyah, F. (2024). Inovasi Bahan Bangunan: Memperkenalkan Material Ramah Lingkungan untuk Konstruksi. WriteBox, 1(3).

Darmayanti, T. E. (2023). Kajian Penerapan Konsep Arsitektur Hijau: Cluster Bahamas, Medan. JAUR (JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM RESEARCH), 6(2), 213-224.

About the Author: Wahyudi Maulana

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.6 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 11

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

7 Comments

  1. Omgunz 9 November 2024 at 11:37 - Reply

    Verry nice

  2. Fakhri Alfarizky 9 November 2024 at 11:49 - Reply

    Amazing!

    • Dodo 10 November 2024 at 11:49 - Reply

      Mantap

    • Ratih Purwasih 11 November 2024 at 10:32 - Reply

      Good

  3. Dimas 10 November 2024 at 11:57 - Reply

    Keren lanjutkan

  4. Putri Rahmi 10 November 2024 at 11:59 - Reply

    Mantapppp

  5. Ari 11 November 2024 at 10:26 - Reply

    semangatt!!!

Leave A Comment