plastik

Efisiensi Biaya dan Dampak Lingkungan dari Penggunaan Material Daur Ulang dalam Bangunan Hijau di Indonesia

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 13

Ditulis oleh Yang Dinda Khalifiani..

Industri konstruksi memiliki dampak besar pada lingkungan melalui penggunaan sumber daya alam, produksi emisi karbon, dan penghasil limbah. Seiring meningkatnya perhatian global terhadap keberlanjutan, sektor konstruksi perlu mengadopsi pendekatan yang ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan menggunakan material daur ulang dalam proyek konstruksi bangunan hijau atau green building. Kerusakan lingkungan global dan eksploitasi sumber daya alam menjadi suatu kekhawatiran saat ini, hal tersebut menjadi pendorong setiap sektor industri berlomba untuk mencari solusi yang inovatif dengan pendekatan ekologis, salah satunya sektor konstruksi. Untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan penggunaan material daur ulang menjadi fokus utama dalam mencegah kerusakan lingkungan yang terjadi. 

Bahan daur ulang disini meliputi bahan lama dari bangunan seperti rangka, lantai, plafon, dinding, dan lain-lain, dengan menggunakan bahan-bahan lama Hal ini dapat mengurangi biaya pengembangan sebesar 10%, mempertimbangkan faktor desain alternatif yang menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan (Cahyani, 2020). Konstruksi bangunan hijau adalah konsep untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, penggunaan material daur ulang ini mengurangi kebutuhan material baru yang memerlukan ekstraksi sumber daya alam, sekaligus menekan jumlah limbah yang mencemari lingkungan. Ekologi Material daur ulang dalam sebuah konsep konstruksi memberikan manfaat yang positif terhadap lingkungan. dengan melakukan proses daur ulang bahan konstruksi ini dapat memberikan dampak yang baik dalam pengurangan limbah pembuangan akhir dari hasil konstruksi.

Ekologi dalam arsitektur adalah pembangunan yang mengutamakan lingkungan disekitarnya dengan memanfaatkan potensi alam (Alifahni & Halim, 2021). Perbedaaan kualitas ini berisiko mempengaruhi ketahanan struktural bangunan, terutama untuk konstruksi yang memerlukan kekuatan tinggi. penggunaan material daur ulang mengurangi ketergantungan pada ekstraksi sumber daya alam. Pengambilan bahan baku baru seperti batu, pasir, dan logam, memerlukan proses penambangan yang sering kali menimbulkan kerusakan ekosistem dan menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Produksi semen, misalnya, dikenal sebagai salah satu sumber emisi karbon terbesar dalam industri konstruksi.

Proses daur ulang material untuk konstruksi bangunan hijau memerlukan suatu teknologi untuk pengolahan khusus, Salah satu teknologi yang mendukung adalah penghancur beton atau concrete crusher, yang mampu menghancurkan beton bekas menjadi agregat baru. Agregat ini kemudian digunakan sebagai material pondasi dan perkerasan jalan dalam proyek konstruksi. Teknologi ini tidak hanya memaksimalkan pemanfaatan limbah beton, tetapi juga mengurangi kebutuhan material agregat baru yang biasanya diambil dari sumber daya alam. Selain mengutamakan kualitas, keterbatasan pasokan material daur ulang yang memenuhi standar konstruksi juga menjadi kendala. Tidak semua jenis limbah konstruksi dapat didaur ulang secara optimal, terutama bahan yang sudah mengalami kontaminasi atau degradasi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan teknologi dan inovasi dalam pengembangan material daur ulang serta regulasi yang memastikan kualitas material sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku dalam konstruksi.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap keberlanjutan, penggunaan material daur ulang dalam konstruksi diproyeksikan akan menjadi bagian standar dari industri konstruksi. Inovasi teknologi dalam pengolahan material, pengembangan material yang dapat didaur ulang lebih efisien, serta dukungan regulasi yang kuat akan memfasilitasi integrasi material daur ulang secara luas dan berkelanjutan di masa depan.

Namun untuk melakukan material daur ulang di sebuah konsep konstruksi memiliki sebuah aturan ataupun regulasi yang menjadi acuan standar dari material daur ulang dalam konsep konstruksi untuk membangun konstruksi bangunan hijau. Pemerintahan di berbagai negara telah menyusun regulasi dan standar khusus untuk penggunaan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau. Standar ini dirancang untuk menjamin bahwa material daur ulang yang digunakan memiliki kualitas dan keamanan yang layak. Misalnya, di Amerika Serikat, American Society for Testing and Materials (ASTM) mengeluarkan standar untuk agregat beton daur ulang, yang mencakup kriteria teknis mengenai daya tahan dan kepadatan material. Standar ini penting untuk memastikan bahwa material daur ulang tetap aman dan dapat diandalkan dalam sistem konstruksi. dengan adanya inovasi di dalam sebuah material daur ulang memiliki potensi yang sangat baik di masa depan potensi penggunaan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi dalam bahan bangunan. Misalnya, inovasi beton geopolymer, yang dapat diproduksi dari limbah industri seperti abu terbang, membuka jalan bagi pengembangan material baru yang lebih ramah lingkungan

Secara umum yang dapat mudah dimengerti oleh masyarakat sekitar kita konsep dari material daur ulang untuk konstruksi bangunan hijau sama halnya dengan daur ulang yang dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisir sampah yang dimana sampah tersebut akan dilakukan daur ulang untuk mengurangi sampah di negara kita, konsep tersebut sama dengan bangunan hijau ini dimana memanfaatkan bahan – bahan yang ada dari sisa bangunan dengan menggunakan sedikit dari hasil alam kita hal ini untuk meningkatkan ekosistem lingkungan dari negara dan juga meningkatkan ekonomi negara dimana hal tersebut sesuai dengan yang sudah dijelaskan akan menghemat biaya,

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat, penerapan material daur ulang dalam konstruksi bangunan hijau merupakan langkah signifikan untuk mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan. Dengan menggunakan limbah sebagai bahan baku konstruksi, sektor ini dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam baru, menekan emisi karbon, dan meminimalisir jumlah limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Manfaat ekologis dan ekonomis dari penggunaan material daur ulang mendorong industri konstruksi untuk beradaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam setiap tahapan pembangunan. Namun, meski penuh manfaat, tantangan seperti kualitas material yang tidak konsisten dan pasokan bahan yang terbatas masih perlu diatasi. Teknologi pengolahan daur ulang, dukungan regulasi, serta inovasi material baru berperan penting dalam mengoptimalkan penggunaan material daur ulang tanpa mengorbankan kualitas dan keamanan bangunan. Dengan kerjasama berbagai pihak dan penerapan standar dalam proses green building yang ketat, penggunaan material daur ulang diharapkan semakin meluas dan menjadi standar dalam konstruksi modern. Langkah ini menjadikan industri konstruksi lebih bertanggung jawab dan berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan ekosistem untuk generasi mendatang. Saran yang dapat diberikan kepada pemerintahan ataupun kepada masyarakat konstruksi rumah hijau ini menjadi investasi yang baik kedepannya dimana dunia semakin modern setiap tahunnya di berbagai aspek hal ini mendorong dunia konstruksi dapat bersaing dengan aspek – aspek industri lainnya dan juga kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting untuk mempercepat penerapan konstruksi rumah hijau. Pemerintah dapat memberikan insentif pajak dan bantuan teknis, sementara industri perlu terus mengembangkan inovasi material daur ulang. Partisipasi aktif masyarakat dalam memilih bangunan ramah lingkungan juga sangat mendukung keberhasilan berkelanjutan untuk proses konstruksi rumah hijau di Indonesia.

.

Daftar Pustaka.

Alifahni, L., & Halim, M. (2021). PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DAN SUSTAINABLE PADA RUANG DAUR ULANG DAN REKREASI SAMPAH DI DADAP. STUP.

Cahyani, R. A. (2020). Konsep Bangunan Rumah Tinggal sebagai Penerapan Arsitektur Hijau pada Perumahan Sumber Indah Kudus dengan Material Daur Ulang. Indonesian Journal of Conservation.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment