GREEN OFFICE: (G)reat (R)edesign for (E)nvironmentally-friendly (E)nergy and (N)atural Solutions untuk Efisiensi dan Keberlanjutan Bangunan Perkantoran

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 55

Ditulis oleh Atika Inayah.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia setelah India, Tiongkok, dan Amerika Serikat, memiliki populasi yang mencapai 272,7 juta jiwa pada 2021, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,22 persen. Pada Juli 2020, Bank Dunia mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas, dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) sebesar 4.050 dolar Amerika pada 2019, naik dari 3.840 dolar Amerika pada tahun sebelumnya (Akhlas, 2020). Akan tetapi, dampak pandemi menyebabkan Indonesia turun kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah pada 2021 (Jiao dan Sihombing, 2021).

Meskipun begitu, ekonomi Indonesia mulai bangkit, mencatat pertumbuhan 5,4 persen dalam tiga kuartal pertama tahun 2022, lebih tinggi dibandingkan 3,7 persen pada akhir pandemi di 2021. Pemulihan ini didukung oleh keberhasilan vaksinasi dan kebijakan ekonomi selama pandemi, walaupun tingkat inflasi meningkat menjadi 5,7 persen akibat kenaikan harga komoditas (Bank Dunia, 2022b). Indonesia memiliki potensi besar dengan lebih dari 100 juta individu sebagai calon kelas menengah (Bank Dunia, 2019), dan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022 mencapai lebih dari 1,1 triliun dolar Amerika. Sebagai anggota G20, Indonesia bercita-cita masuk G7 pada 2045 dengan pendapatan per kapita berkisar antara 19,7 hingga 23,2 ribu dolar Amerika, dan diperkirakan menjadi negara berpendapatan tinggi antara 2038 dan 2041 (Bappenas, 2019).

Sebagai negara yang sedang berkembang pesat, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama Indonesia, termasuk sektor perumahan. Pemerintah giat menggenjot pembangunan perumahan untuk melindungi ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, terutama di tengah krisis pandemi. Menurut Sensus Penduduk 2020, hanya 61 persen masyarakat yang memiliki akses rumah terjangkau (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2020). Pemerintah diberi mandat untuk menyediakan perumahan memadai melalui Undang-Undang Nomor 23/2014 dan Undang-Undang Nomor 1/2011, yang menempatkan pengelolaan perumahan di bawah kewenangan pemerintah daerah.

Kebutuhan besar akan perumahan dan infrastruktur telah mempercepat pertumbuhan sektor konstruksi. Pada 2022, produksi semen Indonesia mencapai 64 juta ton, sedikit menurun dibandingkan 75,2 juta ton pada 2018, dengan konsumsi mencapai 65,2 juta ton pada 2021. Indonesia kini menjadi produsen semen terbesar keenam di dunia (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2022a). Semen yang diproduksi di Indonesia diekspor dalam volume yang signifikan, dan nilai ekspornya terus mengalami kenaikan. Ketergantungan yang tinggi terhadap material konvensional, seperti beton berbasis semen, berdampak serius terhadap lingkungan. Produksi semen, misalnya, menyumbang sekitar 8% emisi karbon global. Selain itu, sumber daya seperti pasir dan batu dieksploitasi secara berlebihan, yang mengakibatkan kerusakan ekosistem yang sulit untuk diperbaiki. Menurut data dari Badan Geologi Indonesia (2023), kebutuhan pasir untuk industri konstruksi nasional meningkat 12% per tahun, yang menyebabkan degradasi lahan dan mengancam keanekaragaman hayati. Lalu, bagaimana pemilihan material konstruksi yang berkelanjutan dapat berkontribusi pada efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon dalam pembangunan bangunan hijau?
.

Sektor konstruksi memainkan peran penting dalam membentuk dunia modern, tetapi juga menimbulkan tantangan lingkungan yang serius. Tingginya permintaan bahan bangunan serta proses konstruksi yang memerlukan sumber daya besar menyebabkan emisi karbon yang signifikan, penipisan sumber daya, dan kerusakan lingkungan. Karena itu, diperlukan adopsi teknik bangunan berkelanjutan untuk mengurangi dampak ekologis. Salah satu strategi utamanya adalah penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan..

Green building atau bangunan hijau merupakan konsep bangunan yang dirancang untuk menjadi bangunan yang efisien dan ramah lingkungan. Bangunan jenis ini harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan seminimal mungkin, mulai dari tahap perencanaan hingga pengoperasian dan pemeliharaan. Green building juga harus memaksimalkan sumber daya alam yang ada dan tidak menggunakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang berlebihan. Bangunan hijau merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi sumber daya bangunan berupa energi, air dan bahan sekaligus mengurangi dampak bangunan pada kesehatan manusia dan lingkungan.Konsep green building bukanlah hal yang baru, karena sudah diterapkan sejak lama di beberapa negara, sebagai salah satu langkah untuk mencegah terjadinya pemanasan global. Di Indonesia sendiri, penerapan konsep bangunan yang ramah lingkungan baru saja mulai digalakkan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, dan lain-lain. Adapun konsep dari green building sebagai berikut:.

Nomor 1 dan 2: Atap & Lansekap Hijau

Atap hijau adalah atap yang ditumbuhi tanaman; mereka mengurangi limpasan badai dan menyediakan isolasi. Ban bekas dapat digunakan untuk membuat ubin karet untuk jalan setapak. Abu dasar dapat digunakan sebagai bahan alas tidur. Kayu bersih, papan dinding gipsum daur ulang, dan karton dapat digiling dan digunakan sebagai bahan perbaikan tanah di atap hijau dan aplikasi lansekap..

Nomor 3: Furnitur Lanskap

Bangku bisa dibuat dari kayu/plastik yang mengandung abu terbang atau dari kayu C&D daur ulang..

Nomor 4: Bahan Bangunan Menghadap

Batu buatan yang dicampur beton dengan agregat umum digunakan sebagai bahan bangunan yang menghadap. Fly ash dapat digunakan dalam produksi batu buatan..

Nomor 5: Bahan Industri untuk Trotoar

Bahan industri dapat digunakan untuk membuat beton trotoar, dan ban bekas dapat didaur ulang untuk membuat trotoar karet. Trotoar beton aspal dapat dibuat dengan aspal daur ulang dari trotoar dan sirap aspal daur ulang..

Nomor 6: Ubin Langit-Langit

Ubin langit-langit dapat mengandung desulfurisasi gas buang (FGD) gipsum (bahan hasil pembakaran batubara untuk menghasilkan listrik), fly ash, papan dinding gipsum daur ulang, atau terak tanur sembur berpendingin udara..

Nomor 7: Lantai

Bahan industri dapat digunakan dalam berbagai aplikasi lantai.

7a. Alas karpet: Ban bekas, fly ash, atau karpet daur ulang.

7b. Lantai kayu: Kayu sisa atau kayu daur ulang.

7c. Ubin lantai: Fly ash, terak tanur sembur.

7d. Lapisan bawah ubin: Fly ash..

Nomor 8: Pengisian Ulang (Dukungan Fondasi)

Penimbunan kembali mengelilingi fondasi bangunan, mendukungnya, dan menyediakan drainase. Ban bekas memberikan drainase, insulasi, dan pelepasan tekanan dinding yang unggul. Terak tanur sembur dan beton daur ulang juga dapat digunakan untuk drainase..

Nomor 9: Pengisian Struktur Fondasi

Pengisian struktural adalah pengisian yang direkayasa, dibuat berlapis-lapis, dan dipadatkan sesuai kepadatan yang diinginkan. Abu terbang batubara, abu dasar, terak, dan pasir pengecoran bekas semuanya dapat digunakan sebagai pengisian struktural. Beton dapat dihancurkan dan digunakan di lokasi sebagai pengisian struktural.

.

Nomor 10: Pondasi Beton Tuang

Beton, yang terbuat dari semen, agregat, dan air, digunakan dalam berbagai aplikasi bangunan. Bahan industri dapat didaur ulang menjadi semen dan beton dengan berbagai cara. Berikut beberapa contohnya:

• Fly ash dan butiran terak tanur sembur dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Menggunakan bahan ini dapat menghasilkan beton yang lebih kuat dan tahan lama.

• Semen Portland sendiri dapat dibuat dengan menggunakan fly ash, FGD gipsum, pasir pengecoran, papan dinding gipsum daur ulang, terak tanur sembur, dan terak baja.

• Agregat beton dapat mencakup abu dasar, pasir pengecoran, beton pecah, dan terak tanur sembur..

Nomor 11: Isolasi

Terak tanur sembur berpendingin udara dapat digunakan untuk menghasilkan insulasi mineral/wol batu (juga dikenal sebagai insulasi wol terak).

Nomor 12: Drywall/Papan Dinding

FGD gipsum dan papan dinding gipsum daur ulang dapat digunakan untuk memproduksi drywall.

.

Nomor 13: Mortar, Nat, Plesteran

Mortar, nat, dan plesteran mengandung agregat (pasir), bahan pengikat, dan air. Fly ash, pasir pengecoran, asap silika, dan semen terak semuanya dapat digunakan sebagai pengganti sebagian semen..

Sebagai solusi inovatif untuk menciptakan lingkungan perkantoran yang lebih berkelanjutan, pemanfaatan material daur ulang dan desain ramah lingkungan memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat ekologis dan ekonomis yang signifikan. Untuk memahami lebih jauh bagaimana solusi ini dapat diimplementasikan secara efektif, analisis SWOT dan SMART berikut ini memberikan pandangan komprehensif mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta langkah strategis yang diperlukan.

.

Analisis SMART

  • Specific (Spesifik)

Tujuan utama adalah menerapkan solusi desain ramah lingkungan di bangunan perkantoran dengan memanfaatkan material daur ulang, seperti fly ash, terak tanur sembur, dan atap hijau, untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi limbah, dan memperbaiki lingkungan kerja.

  • Measurable (Terukur)

Target pengurangan energi sebesar 20% dalam waktu 5 tahun setelah implementasi.- Mengurangi volume limbah konstruksi hingga 30% dengan penggunaan material daur ulang.- Peningkatan kepuasan pengguna bangunan sebesar 15% dalam survei tahunan terkait kenyamanan dan lingkungan kerja.

  • Achievable (Dapat Dicapai)

Dengan dukungan teknologi yang terus berkembang dan insentif pemerintah untuk bangunan hijau, implementasi solusi ini layak dicapai. Kerja sama dengan penyedia material daur ulang lokal dan penyedia teknologi hijau akan membantu mengurangi tantangan operasional.

  • Relevant (Relevan)

Desain bangunan ramah lingkungan relevan dengan kebutuhan global untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung agenda keberlanjutan. Hal ini juga selaras dengan tujuan korporasi yang ingin meningkatkan reputasi mereka sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.

  • Time-bound (Berjangka Waktu)

Implementasi proyek akan dimulai dalam 12 bulan ke depan, dengan pencapaian target pengurangan energi dan limbah dievaluasi setiap tahun selama 5 tahun ke depan. Hasil dan pencapaian akan dianalisis untuk memastikan bahwa tujuan yang ditetapkan tercapai tepat waktu..

            Pembangunan sektor konstruksi Indonesia menghadapi tantangan besar terkait dampak lingkungan, meskipun sektor ini berperan vital dalam perekonomian. Peningkatan permintaan material bangunan telah berkontribusi pada emisi karbon dan kerusakan ekosistem. Namun, penerapan konsep *green building* dengan penggunaan bahan bangunan berkelanjutan, seperti fly ash dan atap hijau, dapat mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah dan industri, pembangunan berkelanjutan dapat tercapai, mendorong transformasi yang mendukung tujuan keberlanjutan global dan memperkuat daya saing ekonomi Indonesia..

DAFTAR PUSTAKA

Jiao, C., and Sihombing, G. 2021. Indonesia Loses UpperMiddle Income Status Amid Pandemic. Bloomberg. 8 July..

Indonesia Central Bureau of Statistics. 2020. Population Census. Jakarta..

Indonesia Central Bureau of Statistics. 2022a. Construction in Numbers 2022. Jakarta..

Ministry of National Development Planning of the Republic of Indonesia. 2019. Indonesia 2045: Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur (Indonesia 2045: Sovereign, Advance, Equitable, and Prosperous). Jakarta..

World Bank. 2019. Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class. Washington DC.

World Bank. 2022b. Trade for Growth and Economic Transformation, Indonesia Economic

Prospects. Washington, DC. Available at: http://documents.worldbank.org/curated/en/099440012142242417/P1795560cfe1930180bb46080253f7faa21 [Accessed: 04 November 2024].

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 3 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 4

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment