Implementasi Desain Ramah Lingkungan pada Masjid di Perkotaan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 152

Ditulis oleh Dea Assifa

Tempat ibadah, menjadi satu fasilitas umum yang penting keberadaannya bagi masyarakat di Indonesia sebagai negara dengan ideologi Pancasila, dengan sila pertama yang berisi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Lebih dari 270 juta masyarakat Indonesia memeluk keyakinan agama(1), dimana 87 persennya adalah pemeluk agama Islam(2).

Grafik 1. Persentase Pemeluk Agama di Indonesia

Sumber: kumparan.com

Hal ini tentu mempengaruhi keberadaan jumlah tempat ibadah di Indonesia, terutama tempat ibadah umat muslim, yaitu masjid. Selain menjadi tempat ibadah, masjid juga menjadi pusat kegiatan dakwah atau kegiatan yang bersifat keagamaan, misalnya kajian keislaman, taman belajar baca Al Quran, dan perayaan hari besar Islam. Oleh karena itu, masyarakat tentu mengharapkan bangunan masjid yang aman dan nyaman, sehingga mendukung umat untuk dapat beribadah dan melakukan aktivitas keagamaan dengan baik.

Perlu diketahui, tujuan dari esai ini mengangkat topik desain ramah lingkungan pada masjid sebagai bangunan ibadah agama mayoritas di Indonesia, adalah dengan harapan agar masjid dapat memberi dampak signifikan bagi efisiensi energi di negara ini. Tidak ada maksud untuk menimbulkan isu terkait SARA pada tulisan ini.

Masjid dengan Desain Ramah Lingkungan

Selama periode 2024 ini, terdapat lebih dari 290 ribu masjid tersebar di Indonesia(3). Dengan maksud untuk memberikan kenyamanan bagi keberlangsungan ibadah, tidak sedikit masjid yang menggunakan banyak energi, seperti untuk penggunaan AC atau kipas. Hal ini juga didukung oleh karakteristik perkotaan yang kian memanas. Namun, pernahkah kita membayangkan seberapa besar energi yang dikonsumsi untuk operasional masjid tersebut? Oleh karena itu, menyambut transisi energi era kini, harapannya desain pada tempat ibadah dapat ikut berkontribusi pada efisiensi energi, dengan mengimplementasikan desain ramah lingkungan.

Salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap desain ramah lingkungan pada masjid tertuang pada SK Nomor 463 Tahun 2024(4), yang isinya mengatur konsep masjid ramah lingkungan. Adapun poin-poin yang tertera terkait dengan konsep desain masjid ramah lingkungan, meliputi:

  1. Ketersediaan resapan air
  2. Terdapat biopori
  3. Ketersediaan ruang terbuka hijau
  4. Terdapat lampu otomatis sehingga di siang hari lampu akan mati dengan sendirinya
  5. Sistem kran air otomatis yang hemat air 
  6. Arsitektur masjid yang memungkinkan cahaya dapat menembus ruangan, untuk menghemat penggunaan lampu
  7. Terdapat ventilasi yang cukup sehingga tidak perlu menggunakan AC
  8. Terdapat sistem pemanfaatan air hujan
  9. Sistem daur ulang air wudhu.

Peraturan ini tentu menjadi lampu hijau bagi implementasi desain ramah lingkungan pada masjid di perkotaan. Dengan menerapkan konsep bangunan seperti ini, masjid bukan hanya menjadi tempat nyaman bagi kegiatan umat, tetapi juga menjadi teladan bagi umat beragama dalam menerapkan dan mendukung efisiensi energi di Indonesia. Berikut adalah penjabaran terkait konsep desain masjid ramah lingkungan dan manfaatnya.

  1. Manfaat Resapan Air dan Ruang Terbuka Hijau Bagi Masjid

Resapan air untuk masjid, terutama masjid di perkotaan, sangat bermanfaat untuk pencegahan banjir(5,6,7). Salah satu bentuk resapan air yang terbukti efektif bagi kesuburan tanah dan juga dapat bermanfaat sebagai metode pengelolaan sampah organik adalah resapan air menggunakan biopori. Biopori memiliki banyak manfaat bagi tanah dan lingkungan, meliputi(8):

  • Menjaga persediaan air tanah.
  • Bermanfaat untuk membuat kompos dari sampah organik/sisa makanan
  • Mengurangi genangan air dan risiko banjir
  • Berkontribusi dalam mengurangi emisi rumah kaca

Gambar 1. Masjid Raya Sumatera Barat dengan RTH

Sumber: c.realme.com

Keberadaan resapan air ini juga memberi manfaat bagi keberlangsungan ruang terbuka hijau. Dengan kondisi tanah yang sehat, ruang terbuka hijau akan lebih berkelanjutan dan menjadi tempat yang nyaman bagi para jamaah masjid. Ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai sumber suplai oksigen dan penyaring polusi udara di area masjid, serta memberikan dampak positif bagi kesehatan mental(9). Ruang terbuka hijau terbukti bermanfaat pada penurunan tekanan mental, penurunan kecemasan dan depresi, serta kesejahteraan yang lebih baik. 

b. Lampu dan Kran Otomatis Untuk Efisiensi Energi

Penggunaan lampu dan kran air otomatis terbukti dapat memberikan efisiensi energi. Sistem otomatis ini terbukti memberikan dampak signifikan pada konsumsi energi listrik dan air(10,11).

Lampu otomatis akan memberikan efisiensi energi jika penggunaannya dapat berlangsung secara efisien, yaitu hanya pada waktu tertentu dimana hari mulai gelap. Dari pagi hingga menjelang sore, masjid dapat memanfaatkan pancaran sinar matahari sebagai sumber cahaya, sehingga hal ini perlu didukung dengan desain arsitektur yang memungkinkan banyak cahaya dapat masuk ke dalam bangunan. Meskipun, masjid tetap harus menyiapkan lampu cadangan ketika  cuaca mendung di pagi hingga sore hari.

Selanjutnya, kran otomatis dapat memberikan efisiensi penggunaan air, karena dapat menghemat air yang keluar saat durasi jeda menyalakan dan mematikan jika menggunakan kran manual. Efisiensi ini akan lebih optimal jika penggunaan kran otomatis disertai debit air yang tidak terlalu deras.

Namun, semua sistem otomatis ini akan memberikan efisiensi energi yang optimal jika diiringi dengan sistem perawatan yang baik. Jika tidak, sistem otomatisasi bukannya memberikan pengaruh efisiensi yang berkelanjutan, justru menimbulkan masalah ketidakberfungsian alat.

c. Arsitektur Hijau dengan Pemanfaatan Lapisan Tembus Cahaya dan Ventilasi yang Baik

Lapisan tembus cahaya dan sistem ventilasi yang baik, merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam mewujudkan bangunan hemat energi, dan sangat baik untuk diterapkan pada masjid. Tujuan inti dari lapisan tembus cahaya adalah untuk penghematan energi sehingga menghemat penggunaan lampu, sedangkan ventilasi yang baik ditujukan agar suhu dalam bangunan dapat lebih stabil sehingga tidak terlalu panas, serta bermanfaat untuk kesehatan penghuni di dalamnya. Desain ventilasi yang baik dapat mencegah penderitanya dari sick building syndrome(12).

Gambar 2. Lapisan tembus cahaya dan ventilasi pada Masjid Raya Batam

Sumber: dokumentasi pribadi

Dalam implementasinya, lapisan tembus cahaya dan jumlah ventilasi harus didesain secara seimbang. Hal ini ditujukan agar konsep arsitektur hijau tetap memberikan kenyamanan bagi jamaah, bukan justru menimbulkan masalah baru sehingga efisiensi energi tidak terwujud. Masjid 99 Kubah menjadi masjid yang mengimplementasikan konsep terbuka, sehingga pada operasionalnya tidak perlu menggunakan AC. Aliran udara dirancang sedemikian sehingga menghindari udara panas di dalam masjid(13).

d. Panen Air Hujan

Sistem Panen Air Hujan (PAH) merupakan satu konsep pemanfaatan air hujan yang menjadi alternatif dari penggunaan air tanah, dan turut mencegah risiko banjir pada area masjid karena limpasan air hujan. Air hujan pada sistem ini dapat dipanen (dimanfaatkan) untuk berwudhu atau kebutuhan operasional masjid. Terdapat empat komponen dasar dalam pembuatan sistem PAH, yaitu(14):

  • Daerah tangkapan air
  • Sistem pengaliran atau saluran
  • Sistem filtrasi
  • Wadah atau tangki penyimpanan air

e. Sistem Daur Ulang Air Wudhu

Konsep sistem daur ulang air wudhu pernah dirancang oleh mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (ITERA) untuk Masjid Baitul Ilmi Kampus ITERA pada penelitiannya di 2021(15). Penelitian tersebut telah menghasilkan prototipe sistem daur ulang air wudhu yang dapat bermanfaat untuk pembilasan toilet, pencucian umum, penyiraman tanaman. Meskipun demikian, sistem daur ulang ini tentu dapat dikembangkan lagi, sehingga air wudhu yang didaur ulang dapat digunakan kembali untuk wudhu. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Suatmoko(16), bahwa sistem ini dapat bermanfaat untuk wudhu kembali.

Dalam upaya mencapai kualitas air daur ulang yang layak pakai, sistem daur ulang air wudhu harus meliputi 2 tahap penting ini, yaitu filtrasi dan desinfeksi. Tahap filtrasi dapat menggunakan reaktor karbon aktif; sedangkan tahap desinfeksi dapat memanfaatkan proses klorinasi, penyinaran ultraviolet, dan ozonasi. Meskipun demikian, dalam mempersiapkan implementasi sistem ini perlu dilakukan sosialisasi untuk membentuk persepsi positif pada masyarakat.

Istiqlal sebagai Masjid Ramah Lingkungan Pertama

Masjid Agung yang bersejarah di Indonesia ini telah menjadi satu teladan sebagai “masjid dengan desain ramah lingkungan”, setelah melalui proses renovasinya pada 2019 – 2020(17). Masjid ini berhasil memperoleh sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC). Berikut adalah penjabaran dari penerapan prinsip bangunan gedung hijau (BGH) di masjid ini(18).

  • Efisiensi energi sebesar 23,07% atau 534,47 MWh/tahun dan penurunan emisi karbon sebesar 1588,17 tCO2/tahun. Hal ini dilakukan dengan penerapan fitur penghematan pada berbagai fasilitas seperti penggunaan AC hemat energi, penggunaan lampu LED hemat energi, penerapan konsep smart building, serta pemasangan panel surya yang berkontribusi 13% dari konsumsi listrik bangunan.
  • Efisiensi air sebesar 35,99% atau 99.672,4 m3/tahun. Hal ini dilakukan dengan penggantian kran wudhu hemat air, penggunaan dual flush pada WC, serta penggunaan kran wastafel dan urinal yang hemat air.
  • Efisiensi embodied energy sebesar 81,04% atau 2394,77 MJ/m2. Hal ini dilakukan melalui pemugaran eksterior dan interior bangunan, meningkatkan fungsi desain pasif hemat energi.

Renovasi Masjid Istiqlal dengan konsep desain ramah lingkungan ini memberi dampak positif bagi efisiensi energi yang tinggi dan penurunan emisi yang cukup signifikan. Hal ini menjadi bentuk kontribusi dalam upaya mencegah dampak krisis iklim yang lebih parah lagi. Oleh karena itu, langkah renovasi masjid dengan desain ramah lingkungan ini tentu dapat ditiru oleh masjid perkotaan lainnya yang ada di Indonesia.

Desain Masjid Ramah Lingkungan, Menuju Solidaritas Umat Mendukung Bumi yang Lebih Hijau

Belakangan ini, konsep masjid dengan desain ramah lingkungan mulai menjadi tren, terutama pada masjid-masjid agung yang memang memiliki daya tampung jamaah yang sangat besar. Beberapa tempat ibadah agama lain pun mulai mengimplementasikan konsep ini, contohnya pada Gereja Katolik Santa Maria Assumpta di Klaten(19) dan penerapan konsep “Tri Hita Karana” pada Pura Agung(20).

Berikut adalah bentuk-bentuk langkah nyata implementasi desain ramah lingkungan pada masjid di perkotaan:

  • Melakukan renovasi menggunakan desain ramah lingkungan.
  • Menerapkan ruang terbuka hijau bagi lingkungan masjid.
  • Melakukan edukasi hemat energi bagi para pengelola dan jamaah masjid.

Selain mendukung transisi energi, implementasi desain ini dapat memberikan pengaruh positif bagi jamaah masjid untuk kesehatan mental dan jiwa.

Daftar Pustaka

  1. Muhamad, Nabilah. 2024.  Mayoritas Penduduk Indonesia Beragama Islam pada Semester I 2024. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/66b45dd8e5dd0/mayoritas-penduduk-indonesia-beragama-islam-pada-semester-i-2024
  2. Kumparan News. 2024. Data Dukcapil 2024: Islam Agama Mayoritas di Indonesia, Dianut 245 Juta Jiwa. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://kumparan.com/kumparannews/data-dukcapil-2024-islam-agama-mayoritas-di-indonesia-dianut-245-juta-jiwa-23Hnnzxwyq8/2
  3. Rizaty, M.A. 2024. Data Jumlah Masjid di Indonesia Menurut Jenisnya per 7 Maret 2024. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://dataindonesia.id/varia/detail/data-jumlah-masjid-di-indonesia-menurut-jenisnya-per-7-maret-2024
  4. Kemenag. 2024. SK Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 463 Tahun 2024 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Masjid Ramah. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://jdih.kemenag.go.id/assets/uploads/regulation/SK_Nomor_463_Tahun_2024_tentang_Juklak_Masjid_Ramah.pdf
  5. Yumna, et al. 2024. . The Effectiveness of Public Green Open Space Capabilities in Reducing Flooding. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://iojs.unida.ac.id/index.php/IJAR/article/download/424/206/
  6. Dammayatri, et al. 2023. Green Open Space and Barren Land Mapping for Flood Mitigation in Jakarta, the Capital of Indonesia. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://journal.ugm.ac.id/ijg/article/download/76452/pdf
  7. Ashabie, A.S. and Masjud. Y. I. 2022. The Study of Biopore Infiltration Holes (BIH) Implementation to Reduce Waterlogging in President University Campus Area. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1111/1/012060/pdf
  8. http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/images/docs/
  9. Barton, Jo and Rogerson, Mike. 2017. The importance of greenspace for mental health. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5663018/
  10. Papinutto, et al. 2022. Saving energy by maximising daylight and minimising the impact on occupants: An automatic lighting system approach. Diakses pada 24 Oktober 2024 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378778822003474
  11. Harmon, A. 2016. DO AUTOMATIC WATER FAUCETS ACTUALLY SAVE WATER? Diakses pada 24 Oktober 2024 dari https://www.csus.edu/experience/innovation-creativity/sustainability/_internal/_documents/ir-faucet.pdf
  12. US EPA. 1991. Indoor Air Facts No. 4 (revised) Sick Building Syndrome. Diakses pada 29 Oktober 2024 dari https://www.epa.gov/sites/default/files/2014-08/documents/sick_building_factsheet.pdf
  13. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5259715/6-fakta-menarik-masjid-99-kubah-makassar-yang-didesain-ramah-lingkungan-tetap-sejuk-tanpa-pendingin-ruangan?page=4
  14. https://lcdi-indonesia.id/2023/12/06/pemanenan-air-hujan-pah-sebagai-alternatif-sumber-air-untuk-masyarakat-perkotaan/
  15. https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jam/article/download/9304/4260#:~:text=Sistem%20daur%20ulang%20air%20wudu%20merupakan%20salah%20satu%20upaya%20dalam,kampus%20dalam%20penghematan%20air%20bersih
  16. Suatmoko, Dwi. 2007. Daur Ulang Air Bekas Wudhu (Studi Kasus Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia). Diakses pada 25 Oktober 2024 dari  https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/685?show=full
  17. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7593910/peneliti-brin-sebut-masjid-masjid-di-indonesia-ramah-lingkungan-termasuk-istiqlal
  18. Kusuma, A. 2022. PENERAPAN KONSEP BANGUNAN GEDUNG HIJAU STUDI KASUS: BANGUNAN GEDUNG MASJID ISTIQLAL, JAKARTA. Diakses pada 23 Oktober 2024 dari https://ismetek.itbu.ac.id/index.php/jurnal/article/download/73/70
  19. Olivia, dkk. 2019. EKO-DESAIN PADA INTERIOR GEREJA KATOLIK ST. MARIA ASSUMPTA DI KLATEN. Diakses pada 25 Oktober 2024 dari https://ejournal.itn.ac.id/index.php/semsina/article/download/2194/1914/
  20. Nabilah, dkk. 2022. Komparasi Konsep Tri Hita Karana Pada Bangunan Pura Agung Jagat Dan Rumah Tradisional Bali. Diakses pada 25 Oktober 2024 dari https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/sim/article/download/16336/9324/54222
Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.8 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 39

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

2 Comments

  1. Muti izzati 6 November 2024 at 19:39 - Reply

    Tulisannya bisa membuka jendela ilmu kita terimakasih ya sob

  2. Budiman 8 November 2024 at 09:22 - Reply

    Artikel yg sangat bagus ,sebagai refrensi bangun mesdjid

  3. Mila Bardini 11 November 2024 at 23:19 - Reply

    Masya Allah. Bagus sekali artikelnya. Semoga menjadi salah satu perhatian pemerintah/ donatur untuk melakukan renovasi masjid yang ramah lingkungan. Semoga terwujud design tersebut, tidak hanya di kota-kota besar namun juga menjangkau ke daerah terpencil.

Leave A Comment