Ecoplywood : Inovasi Kayu Lapis Berbahan Dasar Limbah Lunak Organik dan Limbah Plastik sebagai Upaya Penerapan Material Daur Ulang dalam Konstruksi Bangunan Hijau
Ditulis oleh Dhiyaa Jauzaa Az Zahra
Pendahuluan
Di era modernisasi seperti saat ini, peningkatan jumlah sampah atau limbah menjadi masalah serius yang perlu diatasi. Modernisasi yang menawarkan kemudahan hidup yang modern memberikan beberapa dampak buruk, terlebih lagi pada peningkatan jumlah sampah dari tahun ke tahun. Hal tersebut disebabkan karena beberapa alasan seperti kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi berbagai produk instan sehingga menimbulkan banyak sampah produk instan, kemajuan teknologi yang menyebabkan jumlah sampah plastik, kardus, rongsokan, dan sebagainya meningkat, hingga meningkatnya kompleksitas macam dan jenis sampah karena meningkatnya kemajuan suatu kebudayaan (Salim, 2017).
Berdasarkan data yang diakses dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), terdapat 38.403.159,87 ton jumlah sampah setiap tahunnya. Setiap tahunnya sampah yang terkelola sebesar 61,62%, yakni sebesar 23.664.353,74 ton dan sisanya, yakni 38,38% atau 14.738.806,13 ton tidak dapat terkelola dengan baik. Selain itu, limbah plastik, kayu/ranting, dan kertas/karton menjadi sampah dengan persentase terbanyak kedua, ketiga, dan keempat secara berurutan. Jumlah limbah plastik mencapai 19,21% dari total komposisi sampah, limbah kayu/ranting sebesar 12,05%, dan limbah kayu/ranting sebesar 10,81% dari total komposisi sampah. Dengan jumlah limbah tersebut, tentu akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia apabila limbah-limbah tersebut tidak segera dikelola dengan baik secara penuh.
Kayu lapis, tripleks, atau plywood memiliki berbagai macam fungsi dalam konstruksi bangunan. Karena berbagai macam kelebihannya, kayu lapis menjadi hal umum yang digunakan untuk konstruksi bangunan, seperti untuk lantai, pelapis dinding, lemari dapur, atap, pagar, hingga formwork beton (Qothrunnada, 2023). Kayu lapis memiliki berbagai kelebihan, seperti strukturnya yang di laminasi sehingga lebih stabil, berbahan dasar kayu yang membuatnya kuat, daya topang yang tinggi, tidak mudah korosi dan lapuk, mudah dibentuk dan dipotong, hingga memiliki sifat memuai dan menyusut yang lebih baik dari papan kayu (Dekoruma, 2024). Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar apabila penggunaan kayu lapis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena sifatnya yang multifungsi.
Akan tetapi, menjadi hal yang sangat disayangkan karena penggunaan kayu lapis memiliki berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Produksi kayu lapis sering kali memanfaatkan kayu dari hutan yang dapat menyebabkan deforestasi dan hilangnya habitat alami bagi keanekaragaman hayati. (Cochard, 2011). Selain itu, dalam pembuatan kayu lapis, banyak digunakan perekat berbasis formaldehida yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan pernapasan dan merupakan karsinogen yang bahkan berpotensi memicu kanker hingga membawa dampak buruk bagi lingkungan karena bahan ini tidak mudah untuk diurai oleh tanah dan dapat mencemarkan tanah (Mustamin, 2021)
Pembahasan
Karena permasalahan tersebut, diperlukan inovasi pembuatan kayu lapis yang ramah lingkungan untuk menyelaraskannya dengan kehidupan berkelanjutan. Kayu lapis sebagai bahan penting dalam konstruksi bangunan perlu diproduksi dengan bahan dasar yang ramah lingkungan untuk menciptakan konstruksi bangunan hijau. Limbah lunak organik seperti kayu/ranting dan kertas/kardus memiliki struktur yang mirip dengan kayu sebagai bahan utama pembuatan kayu lapis berpotensi besar menjadi pengganti kayu dalam pembuatan kayu lapis. Limbah plastik yang bersifat mengikat apabila dicairkan juga dapat menggantikan perekat berbahan dasar formaldehida.
Oleh karena itu, Ecoplywood merupakan hasil dari gagasan pembuatan kayu lapis berbahan dasar limbah lunak organik dan limbah plastik. Ecoplywood sebagai kayu lapis ramah lingkungan dibuat dari limbah tidak terpakai yang diharapkan mampu menjadi solusi efektif atas permasalahan lingkungan. Limbah lunak organik seperti kayu, ranting, kardus, dan kertas akan dipilah berdasarkan kualitasnya untuk menciptakan kayu lapis yang berkualitas. Kemudian, limbah lunak organik yang berkualitas akan dipanaskan dan direndam untuk melunakkan tekstur limbah. Dalam proses ini, masing-masing limbah dipanaskan dan direndam secara terpisah untuk mengefektifkan proses pelunakan tekstur bahan dasar kayu lapis ini.
Di sisi lain, limbah plastik yang sudah dipilah dan dibersihkan kemudian dileburkan atau dicairkan supaya memiliki sifat rekat. Setelah limbah lunak organik yang dipanaskan dan direndam menjadi pulp, limbah ini dicampurkan dengan limbah plastik yang telah dileburkan pada suhu yang tinggi untuk menjaga tingkat kekentalan limbah plastik. Setelahnya, pulp dicetak sesuai dengan ukuran-ukuran tertentu. Kemudian, lembaran plywood yang setengah keras dimasukkan ke mesin cold presser untuk merekatkan plywood menjadi lebih kuat. Setelah itu, lembaran plywood yang sudah keras diampelas untuk menghaluskan permukaan plywood. Kemudian, plywood dilapisi dengan varnish untuk melindungi plywood dari kelembapan. Setelahnya, Ecoplywood sudah dapat digunakan. Perlu diingat, dalam setiap tahapan pembuatan Ecoplywood, perlu dilakukan evaluasi produk untuk menciptakan kualitas terbaik. Meskipun pembuatannya lebih mirip dengan pembuatan kertas, kayu lapis ini memiliki kekuatan yang sama kuat dengan kayu lapis pada umumnya karena direkatkan oleh plastik.
Strategi pemasaran produk
Untuk mengefektifkan pemasaran produk Ecoplywood ini, penulis menyarankan penggunaan slogan. Pemberian slogan dapat menjadi identitas sekaligus menarik atensi masyarakat terhadap aplikasi ini. Slogan yang disarankan adalah “Save the Eco”. Slogan ini dipilih untuk menyuarakan tujuan pembuatan produk yakni untuk menjaga ekosistem. Selain itu, untuk meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk, penulis juga menyarankan untuk membentuk media sosial sebagai salah satu cara pemasaran produk yang paling mudah dilakukan di era digital. Nama akun dalam sosial media yang disarankan adalah @ecoplywood.id. Nama akun ini harus diseragamkan pada seluruh sosial media untuk mengefektifkan pencarian terhadap produk.
Modernisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dicegah oleh manusia sebagai objek dari modernisasi itu sendiri. Oleh karena itu, dampak-dampak yang ditimbulkan dari modernisasi itu juga tidak bisa dicegah oleh manusia. Akan tetapi, sebagai makhluk dengan akal pikiran yang kompleks, manusia dapat menanggulangi dampak-dampak negatif dari adanya modernisasi tersebut. Salah satunya dengan mengelola dampak negatif tersebut menjadi hal yang positif. Ecoplywood dapat menjadi salah satu langkah pengelolaan sampah sebagai dampak negatif modernisasi menjadi barang bernilai jual bahkan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan adanya Ecoplywood, sampah yang merupakan sisa dari kegiatan manusia yang tidak bisa dimanfaatkan lagi, dapat memenuhi kebutuhan manusia yang lebih ramah lingkungan.
Langkah-langkah Strategis
Berikut langkah-langkah strategis yang dapat diperhatikan untuk mengimplementasikan atau membuat produk yang digagas.
Tahap 1 : Proses penyiapan dan perencanaan pembuatan produk. Dalam langkah ini, dapat dilakukan kegiatan pencarian supply bahan baku, riset komposisi bahan baku, pembuatan rencana anggaran belanja, hingga penyiapan peralatan yang diperlukan untuk mengolah produk.
Tahap 2 : Proses pembuatan prototipe atau sampel. Dalam langkah ini, diharapkan dapat ditemukan produk dengan kualitas dan kuantitas terbaik yang dihasilkan dari uji coba komposisi dan pengolahan bahan baku.
Tahap 3 : Proses evaluasi setelah pembuatan sampel/prototipe. Dalam langkah ini, diharapkan dapat ditemukan metode produksi produk yang paling tepat, kekurangan dan kelebihan dalam setiap uji coba, kualitas dan kuantitas produk yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pembuatan produk terbaik.
Tahap 4 : Proses produksi, pengemasan, dan pemasaran produk. Dalam langkah ini, diperlukan konsistensi dalam membuat produk yang senantiasa berkualitas serta menjamin ketersediaan bahan baku. Langkah ini juga membantu menemukan kemasan dan cara pemasaran produk yang paling efektif untuk meningkatkan penjualan.
Tahap 5 : Proses pengawasan dan evaluasi produk. Dalam langkah ini, diharapkan dapat membantu menjaga konsistensi dan kualitas produk serta mengevaluasi produk yang telah diproduksi dan dipasarkan.
Analisis SWOT
Berikut analisis kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman produk yang digagas untuk menganalisis strategi pengembangan produk yang digagas.
Strength :
- Ecoplywood diproduksi dengan bahan dasar limbah plastik dan limbah lunak organik yang dapat menjadi solusi atas permasalahan limbah yang tidak dikelola dengan baik.
- Ecoplywood merupakan produk tripleks ramah lingkungan yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan, meningkatkan inovasi produk lokal, hingga mendukung dan berkontribusi pada Sustainable Development Goals.
- Industri pembuatan Ecoplywood juga dapat membuka lapangan kerja baru.
Weakness :
- Pembuatan Ecoplywood sebagai produk ramah lingkungan memerlukan teknologi terbaru untuk dapat meningkatkan kualitas produk Ecoplywood itu sendiri.
- Minimnya penelitian serupa terkait inovasi tripleks ramah lingkungan dapat membuat proses perencanaan dan uji coba prototipe menjadi lebih lama..
Opportunity :
- Setelah dilakukan analisis mendalam, produk tripleks ramah lingkungan menjadi hal yang belum banyak dikembangkan.
- Ecoplywood dapat menjadi sumber mata pencaharian masyarakat-masyarakat dengan jumlah produksi limbah lunak organik dan plastik untuk menjadi produsen tripleks ramah lingkungan.
- Tingginya permintaan akan produk ramah lingkungan memberikan kesempatan yang baik terhadap kemungkinan konsumen Ecoplywood.
- Ecoplywood dapat menjalin kolaborasi dengan industri maupun perusahaan terkait, seperti konstruksi, manufaktur, furnitur, perumahan, dll, untuk menjadi konsumen Ecoplywood. Selain itu, kerja sama dengan lembaga penelitian dan akademisi juga dapat mempercepat dan meningkatkan efisiensi perancangan produk Ecoplywood.
Threats :
- Proses pencarian bahan dasar yang berkualitas juga menjadi permasalahan karena mencari limbah lunak organik dan limbah sampah yang berkualitas cukup sulit.
- Adanya inovasi terbaru dapat meningkatkan atensi masyarakat global sehingga dapat meningkatkan persaingan pasar.
- Kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap keberlanjutan lingkungan dan produk ramah lingkungan.
Analisis Kontribusi terhadap SDGS
- Sdg’s 8 : Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
- Sdg’s 9 : Industri inovasi dan infrastruktur
- Sdg’s 11 : Kota dan pemukiman yang berkelanjutan
- Sdg’s 12 : Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
- Sdg’s 13 : Penanganan perubahan iklim
REFERENSI
Cochard, R. (2021). Consequences of deforestation and climate change on biodiversity. In Land use, climate change and biodiversity modeling: perspectives and applications. IGI Global, 24-51.
Dekoruma, K. (2024, Juni 6). Apa Itu Plywood? Ini Kelebihannya dari Material Lain. Diambil kembali dari Dekoruma: https://www.dekoruma.com/artikel/171385/interior-plywood-adalah#google_vignette
Mustamin, N. (2021). Karakteristik Kayu Lapis Menggunakan Serbuk Kulit Kayu sebagai Agen Pengikat Finir. Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin.
Qothrunnada, K. (2023, Oktober 23). Plywood: Fungsi, Kelebihan, dan Daya Tahannya, Apakah Bagus? Diambil kembali dari Situs web Detik: https://www.detik.com/properti/interior/d-6997616/plywood-fungsi-kelebihan-dan-daya-tahannya-apakah-bagus#:~:text=Fungsi%20Plywood,-Plywood%20punya%20beragam&text=Pada%20umumnya%2C%20kayu%20lapis%20bisa,Lemari%20dapur
Salim, Y. (2017). Sistem transaksi pengelolaan sampah pada bank sampah unit di Kota Makassar. ReTII.