paving

Pemanfaatan Limbah Abu Daun Bambu (Bambusa Vulgaris) sebagai Substitusi Material Semen dalam Pembuatan Paving Block Beban Ringan

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 58

Ditulis oleh Anida Zulfadila

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan bambu terbesar di dunia. Terdapat 176 spesies bambu di Indonesia dari total 1620 jenis bambu yang ada di dunia yang berasal dari 80 negara. Hal  ini berarti 10% jenis bambu di dunia berada di Indonesia. Bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk konstruksi, kerajinan, hingga kebutuhan rumah tangga. Namun, pemanfaatan bambu ini juga menghasilkan banyak limbah organik, termasuk daun bambu yang kering dan jatuh, yang sering kali tidak dimanfaatkan. Jumlah limbah daun bambu di Indonesia cukup besar, terutama di daerah-daerah dengan populasi bambu yang tinggi.

Limbah daun bambu biasanya dianggap kurang berguna karena sulit terurai secara cepat dan sering kali hanya dibuang atau dibakar, yang berpotensi menimbulkan polusi udara. Di beberapa daerah, daun bambu kering menumpuk di sekitar pohon bambu atau di tepi sungai, menimbulkan masalah estetika serta dapat menyumbat aliran air, terutama pada musim hujan. Sejalan dengan permasalahan tersebut, sebagai upaya untuk mengurangi adanya limbah daun bambu, limbah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan substitusi semen dalam pembuatan paving block salah satu material yang populer dalam konstruksi jalan dan pelataran adalah paving block, yang umumnya terbuat dari semen atau bahan sintetis lainnya. Penggunaan bahan-bahan paving block tersebut berdampak pada lingkungan, terutama dari sisi produksi yang memakan energi tinggi dan menghasilkan emisi karbon yang signifikan. Alternatif material konstruksi yang ramah lingkungan menjadi pilihan beberapa pihak. Inovasi dalam menciptakan paving block alami dari bahan organik, seperti daun bambu, muncul sebagai solusi potensial untuk mengurangi dampak lingkungan tersebut.

Potensi Daun Bambu sebagai Material Alternatif

Indonesia memiliki sumber daya bambu yang melimpah, menghasilkan daun-daun bambu yang sering kali hanya menjadi limbah. Pemanfaatan daun bambu untuk diubah menjadi abu dapat membantu mengurangi limbah organik serta menciptakan material alternatif yang lebih berkelanjutan. Daun bambu memiliki potensi besar sebagai material alternatif yang ramah lingkungan di berbagai sektor, karena sifat alaminya yang kuat, tahan lama, dan melimpah.

Abu daun bambu memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan substitusi semen dalam pembuatan paving block. Abu daun bambu memiliki kandungan silika yang dapat memberikan sifat adhesif pada campuran beton. Meskipun belum dapat menggantikan semen sepenuhnya, abu daun bambu bisa menjadi material tambahan yang memperkuat campuran dan memberikan daya rekat yang cukup untuk penggunaan beban ringan. Pemanfaatan abu daun bambu sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, di mana material daur ulang dan limbah organik dimanfaatkan dengan baik. Hal ini berpotensi menarik minat konsumen yang mendukung produk ramah lingkungan dan memiliki dampak positif terhadap lingkungan.

Secara keseluruhan, abu daun bambu menawarkan banyak keuntungan sebagai substitusi sebagian semen dalam pembuatan paving block. Dengan riset lebih lanjut dan dukungan industri, daun bambu dapat menjadi solusi inovatif dan ramah lingkungan yang bermanfaat bagi berbagai sektor, memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan dari limbah.

Proses Pembuatan Paving block dari Daun Bambu

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah paving block dengan campuran limbah abu daun bambu. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 perlakuan penambahan limbah daun abu yaitu sebanyak 5% dan 7%. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah air, semen, pasir, dan limbah daun bambu.

Pembuatan paving block melibatkan beberapa tahapan sederhana namun memerlukan ketelitian untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pertama, daun bambu kering dikumpulkan, dibersihkan, dan dibakar selama 2 jam, kemudian dilakukan grading agar memiliki tingkat kesamaan dengan semen. Serbuk ini kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Dalam pembuatan paving block ini menggunakan 2 perlakuan terhadap abu daun bambu yaitu sebanyak 5% dan 7 % dengan cara pembuatan yang sama. Setelah adonan siap, campuran dituangkan ke dalam cetakan paving dan dipadatkan hingga membentuk blok yang solid. Proses pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau oven pada suhu rendah.

Kualitas Mutu Paving block

Menurut SNI 03-0691-1996, paving block dikelompokkan menjadi 4 yaitu: (1) Paving block mutu A memiliki tekan maksimal dengan K430 sampai K-490 dan penyerapan air maksimum sebesar 3% membuatnya cocok digunakan untuk jalan, perkerasan di terminal peti kemas di pelabuhan, serta keperluan struktural dan non struktural lainnya; (2) mutu B dengan tekan minimal antara K-135 hingga K-184 penyerapan air minimal 6% biasanya cocok digunakan untuk area parkir (3) Paving block mutu C memiliki kuat tekan maksimum antara K-135 hingga K-184 dan penyerapan air maksimal 8%, yang umumnya digunakan untuk perkerasan garasi rumah, jalur pejalan kaki, dan area parkir; (4) mutu D dengan kuat tekan minimal antara K-104 hingga K-122 dan maksimal 10% daya serap air, cocok untuk penggunaan pada perkerasan non struktural seperti taman, trotoar, pekarangan rumah, dan lahan perkerasan dengan beban ringan

Untuk mengetahui kualitas mutu paving block, menggunakan perhitungan kuat tekan dan tingkat penyerapan air. Kuat tekan dapat dihitung berdasarkan SNI 03- 06919-1996 dan British Standard 6717-1:1993 dengan menggunakan faktor ketebalan 1.06 untuk paving block. Rumus perhitungan penyerapan air berdasarkan SNI-03-0691-1996. Pengujian kualitas mutu paving block masing-masing perlakuan yaitu 5% dan 7%. Untuk kuat tekan, 5% abu daun bambu dengan hasil kuat tekan 18.027 N/mm2 termasuk klasifikasi bata beton mendekati mutu B ditinjau dari kuat tekan rata-rata mendekati 20 MPa dan kuat tekan minimum memenuhi standart 17.0 MPa yang dapat digunakan untuk pejalan kaki. Untuk 7% abu daun bambu dengan hasil kuat tekan 18.107 N/mm2 termasuk klasifikasi bata beton mendekati mutu B ditinjau dari kuat tekan rata-rata mendekati 20 MPa dan kuat tekan minimum memenuhi standart 17.0 MPa yang dapat digunakan untuk pelataran parkir. Selain itu untuk penyerapan air, 5% abu daun bambu dengan hasil penyerapan rata-rata 9.841% memenuhi syarat kasifikasi mutu paving block dengan penyerapan air rata-rata maksimum 10% (mutu D). Untuk 7% abu daun bambu dengan hasil penyerapan rata-rata 9.772% memenuhi syarat kasifikasi mutu paving block dengan penyerapan air rata-rata maksimum 10% (mutu D).

Tabel 1. Data Rekapitulasi Variasi Terhadap Kuat Tekan dan Penyerapan Paving block

Variasi Kuat Tekan (N/mm2 ) Penyerapan (%)
Abu daun bambu (%)
5% 18.027 9.841
7% 18.107 9.772

.

Melihat kualitas mutu paving block perlakuan 5%dan 7%, paving block ini cocok untuk digunakan di beban yang ringan. Pemanfaatan limbah abu daun bambu sebagai substitusi material semen dalam pembuatan paving block beban ringan adalah inovasi ramah lingkungan yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas mutu paving block, khususnya untuk penggunaan beban ringan. Abu daun bambu dapat menjadi bahan campuran alternatif yang memberikan kekuatan tekan yang memadai untuk paving block beban ringan. Pada proporsi yang sesuai, abu daun bambu dapat mengurangi penggunaan semen tanpa menurunkan kekuatan blok, yang ideal untuk keperluan taman, jalur pejalan kaki, atau area perumahan ringan. Menggunakan abu daun bambu sebagai substitusi semen juga dapat membantu mengurangi emisi karbon, karena produksi semen merupakan salah satu penyumbang besar emisi CO₂. Dengan mengganti sebagian semen dengan bahan alternatif seperti abu daun bambu, paving block ini memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

Analisis SWOT Paving Block dengan Abu Daun Bambu sebagai Substitusi Semen

Analisis SWOT menjadi metode analisis yang paling dasar untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 (empat) sisi yang berbeda. Hasil analisis ini adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, serta mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Analisis SWOT antara lain sebagai berikut.

Tabel 2. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats)

SWOT ANALISYS
Kekuatan (Strengths)

Abu daun bambu dipilih untuk mengurangi limbah dan emisi karbon, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan beton konvensional.

Penggunaan abu daun bambu dapat menurunkan biaya produksi karena bahan ini adalah limbah organik yang relatif murah dan mudah didapat.

Paving block dari abu daun bambu memiliki porositas yang lebih tinggi, memungkinkan air hujan meresap ke dalam tanah dan mengurangi risiko genangan.

Kelemahan (Weaknesses)

Abu daun bambu sebagai pengganti semen memiliki batasan pada kekuatan tekan paving block, sehingga hanya cocok untuk beban ringan.

Perlu standarisasi kualitas abu daun bambu yang bisa bervariasi tergantung pada proses pembakaran dan pengelolaan.

Paving block ini mungkin memiliki daya tahan yang lebih rendah terhadap beban yang berat

Peluang (Opportunities)

Semakin banyak proyek konstruksi yang memilih material ramah lingkungan untuk meminimalkan dampak lingkungan.

Limbah daun bambu melimpah di Indonesia, sehingga penggunaan abu daun bambu dapat meningkatkan nilai ekonomis dan membuka peluang lapangan kerja di industri lokal.

Menggunakan abu daun bambu sebagai substitusi semen dapat membantu mengelola limbah secara efektif.

Ancaman (Threats)

Paving block konvensional sudah memiliki standar, sehingga konsumen mungkin lebih memilih material yang sudah terbukti.

Sebagai material yang baru, paving block abu daun bambu mungkin belum banyak dikenal dan diterima oleh konsumen.

Agar paving block ini diakui secara luas, dibutuhkan regulasi serta standar kualitas yang jelas dan diakui oleh industri.

.

KESIMPULAN

Paving block dari abu daun bambu untuk substitusi semen adalah inovasi material yang ramah lingkungan dengan potensi besar dan memberikan solusi inovatif untuk mengurangi limbah dan meminimalkan penggunaan bahan semen sebagai upaya mengurangi emisi karbon dan pemanfaatan sumber daya secara efisien. Melihat hasil bahwa paving block ini layak dan cocok untuk beban ringan, inovasi ini selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang membuka peluang besar untuk menciptakan material konstruksi yang lebih hijau, ekonomis, dan berkelanjutan di masa depan. Meskipun masih menghadapi tantangan dalam hal kekuatan dan daya tahan, material ini dapat menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan dalam industri konstruksi, terutama untuk beban ringan seperti jalur pejalan kaki dan taman. Dengan potensi yang besar dan sumber daya yang melimpah di Indonesia, inovasi ini dapat berkontribusi pada sektor konstruksi ramah lingkungan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dari pengelolaan limbah organik.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Intan Nura Diana, dan Subaidillah Fansuri. (2021). “Penambahan Serbuk Limbah Kaca Dan Abu Daun Bambu Terhadap Kinerja Paving block.” PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa 10, no.: 398–416.

Badan Standardisasi Nasional. (1996). SNI 03-0691- 1996 tentang Bata Beton (Paving block).

Karim, Faradilah Farid, Fitri Indhasari, Andi Irmayanti Idris, dan Muhammad Arhim. (2023). “Pemanfaatan Serasah Daun Bambu Menjadi Pupuk Organik Di Desa Alu Kabupaten Polewali Mandar.” Jurnal Ilmiah Pangabdhi 9, no. 2: 139–144.

Muliatiningsih, Muliatiningsih, Erni Romansyah, dan Karyanik Karyanik. (2018). “Pemanfaatan Limbah Bambu Sebagai Bahan Filtrasi Untuk Mengurangi Kandungan Nitrogen Total Dalam Air Buangan Limbah Tahu.” Jurnal Agrotek UMMat 5, no. 2: 87.

Nur, Marwan, Harsusani Harsusani, dan Nur Aida. (2024). “Pengaruh Penambahan Serat Bambu Pada Pembuatan Paving block Terhadap Kuat Tekan.” Bearing : Jurnal Penelitian dan Kajian Teknik Sipil 9, no. 1: 16.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 4.9 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 11

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment