Merumahkan Rumah: Inovasi Ventilasi dan Pencahayaan Alami sebagai Solusi Arsitektur Hijau dan Hemat Energi pada Rumah dalam Gang

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 19

Ditulis oleh Rekno Wulandari Pambudi

Selayang Pandang Arsitektur Hijau dan Rumah-rumah dalam Gang

Karyono (2010) mengungkapkan, arsitektur hijau merujuk pada pendekatan desain yang mempertimbangkan dampak lingkungan dari bangunan. Konsep ini mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik, serta integrasi dengan ekosistem sekitar. Arsitektur hijau bukan sekadar berfokus pada estetika tetapi juga pada fungsi dan keberlanjutan. Ini penting mengingat keterbatasan ruang yang sering dihadapi di lingkungan perkotaan.

Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan hemat energi, konsep arsitektur hijau menjadi salah satu solusi yang semakin relevan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kebutuhan akan efisiensi energi. Arsitektur hijau semakin mendapat perhatian dalam perencanaan bangunan. Salah satu pendekatan penting adalah pemanfaatan ventilasi dan pencahayaan alami untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi listrik. Khususnya, pada lingkungan perkotaan yang padat seperti rumah-rumah dalam gang, konsep ini menjadi sangat relevan.

A street with buildings and a scooter

Description automatically generated

Gambar 1. Contoh Rumah-rumah dalam Gang.

.

Hidayati dan Nugroho (2023) juga mengatakan, rumah-rumah dalam gang umumnya dibangun dengan luas yang terbatas, akses sinar matahari yang minim, serta sirkulasi udara yang kurang optimal. Dalam konteks ini, inovasi ventilasi dan pencahayaan alami memainkan peran penting dalam menciptakan ruang yang bukan sekadar nyaman tetapi juga ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, desain rumah dapat mengurangi ketergantungan pada energi buatan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup penghuninya.

Inovasi ini dapat menjadi solusi yang efektif untuk menciptakan kenyamanan termal sekaligus mengurangi konsumsi energi. Penerapan arsitektur hijau ini bukan sekadar berdampak pada kesehatan dan kenyamanan penghuni, tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon dan menekan biaya operasional rumah tangga. Esai ini akan membahas bagaimana inovasi dalam ventilasi dan pencahayaan alami dapat diimplementasikan dalam rumah di area gang, serta manfaat yang dihasilkannya..

Kelindan Ventilasi Alami dan Inovasinya

Ventilasi alami adalah metode yang memanfaatkan pergerakan udara alami untuk menjaga kualitas udara di dalam ruangan. Prabowo (2010) mengungkapkan, dalam desain rumah, ventilasi alami dapat dicapai melalui penempatan jendela, ventilasi silang, dan penggunaan bahan bangunan yang memungkinkan sirkulasi udara. Dengan desain yang tepat, rumah dapat mengurangi suhu interior tanpa perlu menggunakan pendingin udara. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ventilasi di rumah dalam gang adalah melalui inovasi yang memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik meski dalam ruang yang terbatas. Santosa dan Lestari (2022) mengungkapkan, beberapa pendekatan inovatif untuk ventilasi alami:

Ventilasi Silang (Cross Ventilation): Ventilasi silang merupakan teknik di mana dua bukaan berada pada sisi yang berlawanan, sehingga udara dapat mengalir melintasi ruangan. Pada rumah dalam gang, bisa diakali dengan menempatkan ventilasi di bagian atas atau samping bangunan, atau dengan menggunakan jendela yang dapat dibuka pada dinding yang tidak terhalang.

A diagram of a cross ventilator

Description automatically generated

Gambar 2. Contoh Ventilasi Silang (Cross Ventilation).

Ventilasi Vertikal: Pada rumah yang sempit dan berdempetan, ventilasi vertikal dapat menjadi solusi efektif. Ventilasi vertikal memungkinkan udara masuk dan keluar melalui bukaan yang ditempatkan pada area yang lebih tinggi, seperti atap. Konsep ini juga dapat diterapkan dengan memasang void atau atrium kecil di bagian tengah rumah untuk menarik udara segar dari bawah dan mendorong udara panas keluar dari atas.

Sistem Ventilasi Terintegrasi: Inovasi terbaru dalam sistem ventilasi melibatkan teknologi pintar yang dapat mengatur aliran udara berdasarkan kebutuhan penghuni. Misalnya, sensor dapat mendeteksi kualitas udara dan secara otomatis membuka atau menutup ventilasi untuk menjaga kenyamanan. Sistem ini bukan sekadar meningkatkan efisiensi energi tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Skylight dan Ventilasi Atap: Menggunakan skylight atau bukaan pada atap bukan sekadar berfungsi sebagai sumber pencahayaan alami, tetapi juga membantu sirkulasi udara. Ventilasi atap memungkinkan udara panas yang terperangkap di dalam rumah untuk keluar, sehingga menjaga kesejukan di dalam ruangan.

Dinding Hijau dan Taman Vertikal: Memanfaatkan dinding hijau atau tanaman vertikal pada bagian dalam atau luar rumah dapat meningkatkan kualitas udara. Tanaman membantu menyaring polutan dan meningkatkan kadar oksigen dalam rumah, sehingga udara terasa lebih segar dan sehat.

Gambar 3. Contoh Dinding Hijau dan Taman Vertikal.

Kelindan Pencahayaan Alami dan Inovasinya

Selain ventilasi, pencahayaan alami adalah cara efektif untuk mengurangi konsumsi energi listrik. Stelee (2011) mengungkapkan, desain rumah yang memaksimalkan cahaya matahari dapat dilakukan melalui penempatan jendela besar, skylight, dan penggunaan material reflektif. Orientasi bangunan juga harus diperhatikan agar cahaya matahari dapat masuk secara optimal sepanjang hari, juga menjadi elemen penting dalam menciptakan rumah yang hemat energi dan nyaman dihuni. Fitri (2024) mengungkapkan, untuk memaksimalkan pencahayaan alami di rumah dalam gang, arsitek dapat menerapkan beberapa strategi desain dan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Skylight dan Light Tube: Skylight menerangi ruang di bagian atas, memungkinkan cahaya alami masuk melalui atap, dan menjangkau area yang sulit dijangkau oleh cahaya matahari. Alternatif lain adalah light tube, yaitu tabung reflektif yang dipasang di atap dan mengarahkan cahaya ke dalam ruangan. Light tube sangat cocok untuk ruang dalam yang jauh dari jendela.

Gambar 4. Contoh Skylight dan Light Tube..

2. Jendela Tinggi (Clerestory Windows): Memasang jendela tinggi di sisi rumah yang menghadap ke arah matahari, ditempatkan pada bagian atas dinding untuk memasukkan cahaya tanpa mengganggu privasi atau memperluas jejak bangunan. Pencahayaan dari jendela tinggi ini juga cenderung menyebar lebih merata di seluruh ruangan.

3. Material Transparan atau Reflektif: Memanfaatkan material transparan atau semi-transparan untuk dinding atau atap, seperti kaca atau cermin reflektif dapat membantu mendistribusikan cahaya alami ke area yang lebih luas. Cermin yang ditempatkan secara strategis dapat memantulkan cahaya matahari ke sudut-sudut ruangan yang gelap, sementara kaca buram dapat memberikan pencahayaan yang cukup tanpa mengorbankan privasi.

4.Tirai atau Kanopi Terang: Untuk mengatur intensitas cahaya, penggunaan tirai atau kanopi berwarna terang dapat membantu memantulkan cahaya ke dalam rumah dan mengurangi efek panas langsung dari sinar matahari.

A low angle view of a building

Description automatically generated

Gambar 5. Contoh Tirai atau Kanopi Terang.

Kegelisahan-kegelisahan dalam Ventilasi dan Pencahayaan pada Rumah dalam Gang

Rakhmawati dan Sari (2020) mengungkapkan, meskipun inovasinya menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Rumah dalam gang memiliki keterbatasan akses ruang, sinar matahari, dan sirkulasi udara. Ini menyebabkan sirkulasi udara yang tidak maksimal, kelembapan tinggi, serta kurangnya cahaya alami. Akibatnya, penghuni sering kali bergantung pada pendingin ruangan dan lampu sepanjang hari, yang meningkatkan konsumsi energi. Anwar dan Mardiana (2021) mengungkapkan, beberapa kegelisahan utama pada rumah dalam gang:

1. Minimnya Ventilasi Alami: Udara tidak dapat bersirkulasi dengan baik karena dinding rumah yang berhimpitan. Ini membuat kualitas udara dalam rumah cenderung lembap dan pengap.

2. Akses Cahaya Terbatas: Rumah dalam gang sering kali memiliki sedikit atau bahkan tidak ada jendela di sisi-sisi rumah karena berdekatan dengan bangunan lain. Minimnya pencahayaan alami ini meningkatkan kebutuhan akan pencahayaan buatan.

3. Luas Ruang yang Terbatas: Di daerah perkotaan dengan lahan terbatas, sulit untuk menerapkan desain yang optimal. Terbatasnya lahan mengakibatkan keterbatasan dalam mendesain bukaan yang memadai, sehingga diperlukan solusi yang efektif dan efisien untuk memaksimalkan cahaya dan sirkulasi udara..

Arsitektur Hijau: Guna, Laba, dan Faedah dalam Ventilasi dan Pencahayaan Alami

Kusumawanto dan Astuti (2014) mengungkapkan, implementasi arsitektur hijau dalam ventilasi dan pencahayaan alami dalam rumah gang memberikan berbagai manfaat, baik bagi penghuni maupun lingkungan. Widianto dan Putri (2019) juga mengatakan, beberapa manfaat yang dapat diperoleh:

1. Pengurangan Konsumsi Energi: Memanfaatkan ventilasi dan pencahayaan alami, mengurangi penggunaan energi listrik untuk pendinginan dan pencahayaan. Kebutuhan akan pendingin udara dan lampu berkurang secara signifikan. Ini membantu menekan konsumsi listrik dan biaya operasional rumah tangga.

2. Peningkatan Kualitas Udara dalam Ruangan: Ventilasi yang baik meningkatkan kualitas udara dalam ruangan melalui sirkulasi udara yang juga baik, membantu menjaga kelembapan udara dalam ruangan, mencegah pertumbuhan jamur, dan memastikan udara yang dihirup lebih segar. Kualitas udara yang lebih baik berdampak langsung pada kesehatan penghuni.

3. Kenyamanan Termal yang Lebih Baik: Sirkulasi udara yang baik, meningkatkan kenyamanan termal dan visual bagi penghuni rumah. Suhu dalam ruangan menjadi lebih nyaman tanpa perlu bergantung pada pendingin ruangan. Pencahayaan alami menciptakan suasana hangat yang membuat rumah terasa lebih hidup dan nyaman.

4. Dampak Lingkungan Positif: Mengurangi ketergantungan pada listrik dan AC turut berdampak pada pengurangan emisi karbon. Penerapan konsep arsitektur hijau dalam rumah gang berkontribusi pada upaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan demikian, menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuni dengan mengurangi kelembapan dan polusi udara.

5. Estetika dan Fungsi: Rumah dengan pencahayaan alami dan ventilasi yang baik umumnya memiliki estetika yang lebih menarik. Cahaya alami dapat memperkaya warna dan detail interior, sementara udara segar menciptakan ruang yang nyaman dan fungsional..

Kesimpulan

Inovasi dalam ventilasi dan pencahayaan alami pada rumah dalam gang adalah bagian integral dari arsitektur hijau yang dapat diterapkan pada rumah dalam gang dan langkah nyata untuk mewujudkan arsitektur hijau dan hemat energi di lingkungan perkotaan. Meskipun rumah dalam gang menghadapi berbagai keterbatasan ruang dan akses, solusi inovatif seperti ventilasi silang, skylight, dan jendela tinggi dapat mengoptimalkan sirkulasi udara serta pencahayaan alami. Melalui penerapan konsep-konsep ini, rumah dalam gang dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman, hemat energi, dan ramah lingkungan. Selain memberikan manfaat langsung bagi penghuni, arsitektur hijau ini juga berperan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Upaya menciptakan ruang yang nyaman dan berkelanjutan dalam keterbatasan ruang merupakan wujud adaptasi masyarakat perkotaan terhadap tantangan lingkungan. Memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, kita bukan sekadar menciptakan ruang hidup yang nyaman tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Melalui pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya desain ini, kita dapat mendorong lebih banyak orang untuk beralih ke solusi ramah lingkungan. Semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya arsitektur hijau, diharapkan rumah dalam gang di masa depan bukan sekadar memenuhi kebutuhan tempat tinggal, tetapi juga menjadi model hunian yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

Referensi

Anwar, Rizki & Mardiana, Siti. 2021. Smart Homes and Sustainable Living.

Fitri Faridah et al, Muthia. 2024. Architectural Innovations for Sustainable Living.

Hidayati, Siti & Nugroho, Eko. 2023. Energy Efficiency in Residential Buildings.

Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Rajagrafindo Persada.

Kusumawanto, Arif & Astuti, Zulaikha Budi. 2014. Arsitektur Hijau Dalam Inovasi Kota. UGM Press.

Prabowo, Hendra & Sari, Indah. 2010. Natural Ventilation in Urban Housing.

Rahman, Yusri & Setiawan, Budi. 2021. Architectural Innovations for Sustainable Living.

Rakhmawati, Rina & Sari, Dewi. 2020. Sustainable Architecture and Urban Development.

Santosa, Dwi & Lestari, Rina. 2022. Green Building Design Principles.

Stelee, James. 2011. Ecological Architecture.

Widianto, Adi & Putri, Nia. 2019. Daylighting in Architecture.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 1

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment