Forenscape TriGaia Spectrum: Prototipe Arsitektur Green Open Space Berbasis Advanced AI-IoT dengan Elevated Forest System yang Diperkuat Photovoltaic System dan Forex-Pro Sebagai Collaborative Military Forest Co-Management Guna Mewujudkan Atmospheric Optimization dan Catalyst Reduction of Urban Thermal Anomalies Melalui Implementasi Hexahelix Governance Framework (HGF) Menuju Net Zero Emission Commitment di Future-Ready Metropolitan Bebas Triple Planetary Crisis 2060
Ditulis oleh: Muhammad Rizky Fadillah
PENDAHULUAN
Saat ini, planet kita sedang menghadapi tantangan besar yang dikenal dengan sebutan Triple Planetary Crisis, yang mencakup perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi lahan (Hellweg et al., 2023). Ketiga krisis ini, yang pada dasarnya disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan, memicu berbagai dampak serius yang mendesak untuk diatasi bersama. Dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya pelestarian planet, upaya mengatasi Triple Planetary Crisis ini telah menjadi tanggung jawab bersama demi keberlanjutan bumi dan kesejahteraan generasi mendatang.
Salah satu dampak paling mencolok dari krisis ini adalah peningkatan emisi karbon yang mencemari atmosfer (Nestle, 2022). Emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai aktivitas, seperti polusi kendaraan bermotor dan pembuangan limbah industri, berkontribusi terhadap pencemaran yang dapat mengancam kesehatan manusia. Udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan individu, bahkan berisiko menimbulkan kematian. Selain itu, pencemaran udara ini juga menciptakan kabut yang mengurangi visibilitas dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Memahami dampak serius dari kondisi ini, pemerintah terus berupaya menyusun solusi yang efektif. Berbagai strategi dan regulasi telah diluncurkan untuk mengatasi pencemaran udara. Salah satu inisiatif yang signifikan adalah dengan cara membuat program yang mengimplementasi pertambahan ruang terbuka hijau atau green open space (Dania, 2023). Selain itu, untuk memperkuat hal tersebut harus didukung dengan peran masyarakat dalam peningkatan kesadaran terhadap lingkungan yang didorong dengan kegiatan kampanye Net Zero Emission Commitment 2060, yang mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan agar pada tahun 2060 tercapai kualitas udara yang lebih bersih (Humas EBTKE, 2022). Regulasi yang berlaku, seperti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga menetapkan pentingnya ruang terbuka hijau minimal 30% dari total luas kota, dengan setidaknya 20% sebagai ruang terbuka hijau publik yang dikembangkan pemerintah. Upaya ini menunjukkan komitmen serius pemerintah terhadap pencapaian Net Zero Emission 2060.
.
Gambar 1. Kualitas Udara di Surabaya tahun 2024
Sumber: IQAir, 2024
Namun, mencegah pencemaran sering kali lebih efektif daripada menanggulangi dampaknya. Prinsip ini menjadi dasar dalam upaya preventif bagi kota-kota metropolitan yang sedang berkembang. Surabaya, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur dan salah satu kota metropolitan, menjadi contoh yang relevan. Surabaya memiliki indeks kualitas udara yang tergolong buruk, mencapai angka 112, yang menandakan kondisi udara yang tidak sehat. Bahkan, pada tahun 2024, menurut Fathia Ariana Salima (2024) Surabaya tercatat sebagai salah satu kota terpanas di Indonesia, dengan suhu mencapai 34,8°C menurut data BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak. Data ini seharusnya menjadi peringatan penting bagi pemerintah kota metropolitan untuk menghindari kesalahan yang sama dalam pembangunan perkotaan. Sebagai smart city, kota metropolitan diharapkan mampu menciptakan lingkungan berkualitas di segala aspek. Status tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan demi terciptanya kualitas hidup yang lebih sehat di perkotaan.
ISI
Pada era Society 5.0, berbagai persoalan kehidupan kini dapat ditangani dengan memanfaatkan teknologi canggih. Teknologi yang modern secara tidak langsung membawa perubahan signifikan dalam menangani setiap masalah, khususnya terkait mitigasi polusi atmosfer dan anomali panas di kawasan urban. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) menjadi instrumen krusial untuk mengatasi persoalan ini. AI pada dasarnya merupakan inovasi teknologi yang berfokus pada pengembangan sistem komputer yang mampu beroperasi sesuai instruksi manusia (Ng et al., 2021). Sementara itu, IoT adalah konsep yang memungkinkan benda fisik atau perangkat terhubung dan berkomunikasi melalui internet. Tujuan utama IoT adalah membangun jaringan yang dapat beroperasi secara otomatis dan diakses dari jarak jauh, memungkinkan pertukaran data yang efisien dan pemantauan real-time (Schiller et al., 2022). AI dan IoT menjadi sarana yang sangat membantu aktivitas manusia sehingga penulis berkeyakinan sekaligus menyarankan bahwa penerapan teknologi ini adalah solusi utama untuk mencegah polusi atmosfer dan mengurangi efek anomali panas di kawasan urban melalui perancangan konsep kawasan hijau bernama Forenscape TriGaia Spectrum.
Gambar 2. Konsep Pembangunan Forenscape TriGaia Spectrum Menggunakan AI
Sumber: Olahan Penulis
Forenscape TriGaia Spectrum merupakan konsep pembangunan Green Open Space berbasis Elevated Forest System yang bertujuan menciptakan tata ruang kota metropolitan bebas polusi dan anomali panas. Pada dasarnya, anomali panas merupakan sebuah perbedaan suhu udara yang ada di perkotaan dengan pedesaan (pinggiran). Pemanfaatan teknologi AI dan IoT berperan penting dalam perencanaan, pembangunan, serta integrasi berbagai komponen pendukung dalam kawasan ini. Desain Forenscape TriGaia Spectrum mencakup Photovoltaic System sebagai sumber energi listrik tenaga surya dan Forex-Pro sebagai Co-Management Military Forest untuk pengawasan hutan. Sistem hutan terangkat ini diposisikan di pusat kota, mengandalkan ruang vertikal untuk efisiensi lahan dan optimalisasi penggunaan ruang. Proses pembangunan kawasan ini menggunakan mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, di mana hak tanah masyarakat dapat dialihkan dengan kompensasi oleh pemerintah. Hutan terangkat ini dirancang bertingkat, terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terbawah diisi dengan pohon berukuran sedang, lapisan tengah dengan tanaman pot berukuran sedang hingga besar, dan lapisan tertinggi untuk tanaman rambat dan bunga dalam pot kecil.
Gambar 3. (Kiri) Alur Pengintegrasian Photovoltaic System dengan Mobile Phone Berbasis Internet of Things (IoT); (Kanan) Sistematika Penerapan Forex-Pro
Sumber: Olahan Penulis
Penerapan Photovoltaic System di Forenscape TriGaia Spectrum memungkinkan pengadaan energi listrik ramah lingkungan untuk penerangan malam hari, yang dioperasikan melalui sistem IoT dan dikendalikan dari jarak jauh oleh petugas penjaga. Selain itu, proyek ini dilengkapi dengan Forex-Pro atau Forest Explore Protector yaitu drone pengawas yang berfungsi sebagai Co-Management Military Forest. Drone ini bertugas memantau aktivitas di dalam hutan menggunakan Autonomous Obstacle Avoidance System, mampu mendeteksi kebakaran hutan atau penebangan ilegal secara otomatis. Forex-Pro dikendalikan oleh petugas kepolisian dan dilengkapi dengan kamera udara dan sensor ultrasonik yang beroperasi melalui perangkat GPS 24 jam. Drone ini secara otomatis akan mengambil gambar ketika mendeteksi aktivitas mencurigakan, sehingga pelaku deforestasi dapat segera diidentifikasi.
Gambar 4. Drone Forest Explore Protector (Forex-Pro)
Sumber: Olahan Penulis
Forex-Pro dilengkapi dengan kamera udara atau fly cam dan sensor ultrasonik untuk meningkatkan pengawasan. Proses pemantauan dan pengontrolan dilakukan melalui perangkat seluler berbasis GPS yang beroperasi sepanjang hari. Ketika mendeteksi aktivitas yang mencurigakan, perangkat ini akan secara otomatis mengambil gambar melalui fitur auto capture, sehingga memungkinkan identifikasi pelaku deforestasi agar tindakan lanjut dapat segera dilakukan. Dalam sistem Forex Pro, digunakan Raspberry Pi sebagai komputer papan tunggal yang menjalankan perangkat lunak, pengendali penerbangan, dinamo, fly cam, sensor ultrasonik, baling-baling 9443, dan Electronic Speed Controller (ESC).
Gambar 5. Alur Strategis Pembangunan Forenscape TriGaia Spectrum
Sumber: Olahan Penulis
Strategi pelaksanaan Forenscape TriGaia Spectrum dimulai dengan pengkajian isu-isu strategis, tantangan, dan kebijakan. Selanjutnya, kolaborasi dilakukan dengan berbagai pihak terkait seperti Pejabat Pemerintah, Dinas Tata Ruang, Badan Pertanahan Nasional, Kepolisian, akademisi, investor, dan masyarakat untuk mendukung pembangunan. Menurut Umam and Astuti (2022), ini merupakan implementasi dari Hexahelix Governance Framework (HGF). Tahap berikutnya adalah uji kelayakan publik guna menilai dampak proyek ini terhadap masyarakat. Pada tahap akhir, proyek dibangun dengan model hutan terangkat yang ramah lingkungan, dilengkapi dua mekanisme yaitu perawatan dan peremajaan serta promosi Forenscape TriGaia Spectrum sebagai perwujudan smart city.
Gambar 6. Forenscape TriGaia Spectrum Funnel Marketing Analysis
Sumber: Olahan Penulis
Lebih jauh, Forenscape TriGaia Spectrum bukan hanya inovasi dalam ruang terbuka hijau, tetapi juga menerapkan pendekatan funnel marketing untuk menjangkau masyarakat secara efektif (Mogull, 2023). Prosesnya dimulai pada tahap awareness, yaitu memperkenalkan masyarakat pada inisiatif ini melalui berbagai media seperti kampanye di media sosial dan seminar publik yang menjelaskan pentingnya proyek ini dalam mengatasi krisis lingkungan. Pada tahap interest, informasi mendalam mengenai teknologi yang digunakan seperti AI dan IoT serta manfaatnya bagi kualitas hidup diperkenalkan untuk membangkitkan ketertarikan masyarakat. Di tahap consideration, calon peserta diperkenalkan pada studi kasus dan testimoni dari proyek serupa, menumbuhkan kepercayaan dan minat untuk berkontribusi. Tahap conversion mendorong audiens berpartisipasi secara langsung, baik melalui dukungan finansial, keikutsertaan dalam kegiatan, atau menjadi relawan. Terakhir, tahap loyalty bertujuan membangun keterikatan melalui komunitas aktif yang mendapat penghargaan dan akses informasi berkala tentang perkembangan proyek, menciptakan hubungan jangka panjang antara inisiatif dan masyarakat.
PENUTUP
Forenscape TriGaia Spectrum pada dasarnya merupakan sebuah konsep inovatif dan menyeluruh yang dirancang untuk menjawab tantangan polusi atmosfer dan dampak Urban Thermal Anomalies, guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta mendukung target Net Zero Emission Commitment pada 2060 di kawasan metropolitan yang bebas dari Triple Planetary Crisis. Dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) melalui penerapan Elevated Forest System, inisiatif ini diproyeksikan mampu memberikan kontribusi positif pada pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Dampak positif yang diberikan oleh Forenscape TriGaia Spectrum terhadap lingkungan kota akan berfungsi sebagai langkah tanggap dalam menghadapi fenomena krisis lingkungan global. Ditambah lagi, keberadaan Photovoltaic System sebagai sumber energi terbarukan dan Forex-Pro sebagai Co-Management Military Forest, menambah nilai konsep ini sebagai ruang terbuka hijau yang berkelanjutan dan aman. Konsep ruang hijau ini menunjukkan potensi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam usaha global mewujudkan lingkungan berkelanjutan dan mendukung komitmen Net Zero Emission pada 2060 di kawasan metropolitan yang tangguh dan bebas Triple Planetary Crisis.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Dania, A. H. (2023). Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Strategi Kota Sehat pada Kawasan Perkotaan di Indonesia. Rustic Jurnal Arsitektur, 3(1).
Fathia Ariana Salima. (2024). 10 Kota Terpanas di Indonesia. Detik.Com. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7336984/10-kota-terpanas-di-indonesia-terkini-2024-jakarta-urutan-berapa
Hellweg, S., Benetto, E., Huijbregts, M. A. J., Verones, F., & Wood, R. (2023). nature reviews earth & environment Life-cycle assessment to guide solutions for the triple planetary crisis. Nature Reviews Earth & Environment |, 4.
Humas EBTKE. (2022). Masa Transisi Energi Menuju Net Zero Emission. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE).
IQAir. (2024). Kualitas udara di Kota Surabaya. IQAir. https://www.iqair.com/id/indonesia/east-java/surabaya?srsltid=AfmBOorNbaZRYTJYSA2I_gcl20QrV_-OFf8tqEwaz10cUTSd0tvlHIW-
Mogull, S. A. (2023). Strategy of Technical Content Marketing in an Entrepreneurial Tech Company: Using the Funnel-Bucket Model to Guide the Message and Media. Technical Communication, 70(2). https://doi.org/10.55177/tc862277
Nestle. (2022). Emisi Karbon: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya. Sebuah Kisah Dari Bumi, Enisi Karbon.
Ng, D. T. K., Leung, J. K. L., Chu, S. K. W., & Qiao, M. S. (2021). Conceptualizing AI literacy: An exploratory review. Computers and Education: Artificial Intelligence, 2. https://doi.org/10.1016/j.caeai.2021.100041
Schiller, E., Aidoo, A., Fuhrer, J., Stahl, J., Ziörjen, M., & Stiller, B. (2022). Landscape of IoT security. In Computer Science Review (Vol. 44). https://doi.org/10.1016/j.cosrev.2022.100467
Umam, K., & Astuti, F. (2022). The Embodiment of Global Governance Through Hexahelix in Preserving Terracotta Architecture. Iapa Proceedings Conference. https://doi.org/10.30589/proceedings.2022.684
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum