batako plastik

Shar-K Bricks: Efektivitas Batako Dengan Bahan Kimia Hijau dari Limbah Beling dan Kapuk (Ceiba Pentandra L. Gaertn.) sebagai Material Peredam Suara

📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 24

Ditulis oleh Artika Dwi Aryani

PENDAHULUAN

Seiring pesatnya perkembangan zaman dan padatnya penduduk memicu penumpukan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Limbah adalah sisa dari suatu kegiatan maupun usaha yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku suatu produk.  Limbah dapat menimbulkan dampak buruk pada lingkungan seperti pencemaran serta dapat menyebabkan endemi penyakit yang menyerang penduduk. Limbah masih menjadi masalah serius yang penanganannya belum maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah agar dampak buruk pada lingkungan dapat diminimalisir. 

Salah satu contoh dari banyaknya jenis limbah padat adalah limbah berbahan baku beling yang kurang termanfaatkan dan merupakan material yang tidak dapat terurai oleh tanah. Banyak pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh limbah kaca atau beling, tapi limbah beling juga bisa menjadi sesuatu yang berguna, bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis jika diproses secara baik dan benar (Alawiyah, et al., 2021). Karakter material limbah beling memiliki potensi untuk kembali digunakan menjadi sebuah produk karena beling merupakan bagian pecahan kaca sehingga tetap memiliki sifat yang sama seperti kaca baru dan dapat dimanfaatkan menjadi agregat halus karena sifatnya yang baik.

Di era perkembangan industri dan pembangunan yang pesat, masalah polusi suara menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari. Banyaknya kendaraan dan suara dari alat-alat industri di lingkungan dapat menimbulkan kebisingan yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Hal ini menyebabkan permasalahan serius sehingga dapat menyebabkan terganggunya indra pendengaran manusia serta menimbulkan kerusakan pada organ-organ telinga apabila suara yang dihasilkan mencapai 140 dB (Laksono, et al., 2019). Selain itu, kebisingan juga berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan biologis manusia, seperti menurunnya kenyamanan, konsentrasi, sistem kerja jantung, peredaran darah, dan sebagainya (Eriningsih, et al., 2014).

Salah satu upaya untuk mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan peredam suara, sehingga penggunaan peredam suara sangat penting guna mengurangi dampak buruk kebisingan pada lingkungan dan kesehatan manusia. Pada umumnya, bahan yang dipakai sebagai peredam suara bersifat lunak dan memiliki rongga (Privera, et al., 2023).

Di samping itu, kapuk saat ini minim digunakan karena fungsinya telah tergantikan oleh busa maupun dakron. Padahal, kapuk memiliki serat berpori sehingga berpotensi untuk menyerap dan meredam suara. Kapuk memiliki kandungan selulosa hingga 64%, 13% lignin, 23% pentosan (hemiselulosa), dan komponen lainnya (Chaiarrekij, et al., 2012) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, misalnya untuk material peredam suara.

Batako sebagai salah satu material bangunan yang umum digunakan memiliki potensi untuk dijadikan bahan peredam suara. Namun, untuk meningkatkan efektivitasnya dalam meredam suara, diperlukan inovasi dalam komposisi bahan batako itu sendiri. Pemanfaatan limbah beling dan kapuk sebagai bahan pembuatan dari batako merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi keberadaan limbah serta menambah nilai guna dari batako sebagai peredam suara.

Oleh karena itu, penulis menarik solusi yang dapat diterapkan. SHAR-K BRICKS merupakan inovasi dalam pembuatan batako sebagai material bangunan yang memiliki nilai lebih berupa daya redam suara yang dapat mengurangi potensi kebisingan akibat aktivitas di luar ruangan. Selain itu pula, SHAR-K BRICKS terbuat dari bahan kimia hijau limbah beling dan limbah kapuk sebagai bahan peredam suara sehingga berpotensi dalam upaya minimalisasi limbah dan restorasi bumi.

Berdasarkan uraian tersebut maka diharapkan pembuatan batako dengan penambahan agregat halus limbah beling dan kapuk sebagai peredam suara dapat mendukung upaya untuk meminimalisir pencemaran suara dan dapat menambah nilai guna limbah kaca dan kapuk yang selama ini masih kurang termanfaatkan.

PEMBAHASAN

Batako adalah bata beton yang terbuat dari campuran semen, agregat halus serta agregat lainnya yang sering digunakan untuk konstruksi. Batako sering digunakan sebagai pengganti bata merah. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang kemudian dipress dengan ukuran standar. Berbeda dengan pembuatan bata merah, dalam pembuatan batako tidak diperlukan proses pembakaran. Batako termasuk kedalam bahan penyusun dinding yang memiliki sifat non struktual. Meskipun sifatnya hanya bagian non struktural dari bangunan bukan berarti batako tidak memiliki standar kekuatan dan toleransi yang harus dipenuhi. Dalam penggunaannya, batako dengan mutu tertentu dapat dipakai dalam konstruksi yang memikul beban (Rahman, 2021). Batako dapat diproduksi secara mekanis atau dengan cetak tangan (Fauziah, 2017).

Limbah beling merupakan jenis limbah yang dihasilkan dari sisa sisa bang barang yang sudah pecah sehingga beling menjadi pecahan atau potongan beling. Limbah beling biasanya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah sehingga menimbulkan dampak negatif. Dipandang dari segi fisika, kaca merupakan zat cair yang sangat dingin. Hal ini dikarenakan struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair, namun kaca sendiri berwujud padat. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Sifat sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silica (SiO2) dan proses pembentukannya. Dengan penggunaan limbah pecahan kaca sebagai penambahan agregat halus dari batako dapat mengurangi dampak-dampak negatif tersebut (Rahman, 2021).

Kapuk adalah serat biji yang diperoleh dari buah pohon kapuk (Ceiba pentandra). Komposisi kapuk terdiri dari selulosa 64%, dan komponen lainnya terutama adalah lignin dan pantose (hemiselulosa) (Dirjen Perkebunan Deptan, 2006). Masyarakat Indonesia banyak menggunakan kapuk randu (Ceiba pentandra) sebagai isian bantal. Batangnya digunakan untuk mebel dan daunnya sebagai bahan obat herbal. Serat yang berasal dari buah kapuk (Ceiba pentandra) juga merupakan jenis serat alam yang dapat digunakan sebagai bahan penguat komposit polimer. Sampai saat ini penggunaannya sebatas bahan pengisi bantal, kasur, pakaian, dan insulasi-insulasi (Liu & Wang, 2011). Sehingga, penggunaan buah kapuk sebagai alternatif bahan baku peredam suara sangat efisien dan bermanfaat.

Berdasarkan pemaparan permasalahan yang telah dijelaskan serta keunggulan dan potensi yang dimiliki limbah beling dan kapuk, penulis mengusulkan sebuah ide SHAR-K BRICKS: Efektivitas Batako dengan Bahan Kimia Hijau Dari Limbah Beling Dan Kapuk (Ceiba pentandra L. Gaertn.) sebagai Material Peredam Suara. Sebagai generasi muda yang menjadi agen pembangunan di masa depan, pengembangan teknologi khususnya di bidang konstruksi dan arsitektur sangat dibutuhkan. Inovasi tidak hanya bertujuan untuk kepentingan praktis dan teoritis, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Proses produksi batako melibatkan beberapa tahap, dimulai dari persiapan bahan baku yaitu limbah beling dan kapuk. Buah pohon kapuk yang telah matang dikupas, kemudian membuang biji-biji yang masih terbenam dalam serat dan setelah itu dilakukan penjemuran agar mendapatkan hasil serat yang baik. Limbah beling yang telah didapatkan kemudian digiling hingga halus untuk membentuk agregat. Setelah bahan baku tersedia, kemudian menyiapkan bahan utama batako yaitu pasir, semen dan air dengan 75% pasir, 20% semen, dan 5% air (Departemen Pekerjaan Umum, 1986). Bahan baku dan bahan utama kemudian dicampur dengan mesin pengaduk hingga merata dan dituang ke dalam cetakan serta dipress agar membentuk batako yang padat. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pengeringan yang dapat dilakukan di bawah sinar matahari.

.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Batako

Sumber: (dokumen pribadi)

SHAR-K BRICKS merupakan inovasi produk batako yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan yang kurang dalam pemanfaatannya seperti limbah beling dan kapuk yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku peredam suara. Namun, sebuah inovasi tentunya memiliki peluang dan ancaman tersendiri. Dengan demikian, SHAR-K BRICKS akan dianalisis secara menyeluruh, termasuk kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangannya, melalui pendekatan SWOT.

SWOTKETERANGAN
Strength

Sumber daya kapuk dan limbah beling melimpah di Indonesia.

Inovasi terbaru dengan menggunakan limbah beling dan kapuk sebagai campuran dan menambah nilai tambah produk berupa fungsi redam suara.

Cocok digunakan untuk konstruksi yang memerlukan isolasi seperti studio musik.

Memiliki harga yang terjangkau sehingga dapat bersaing dengan batako konvensional.

Weakness

Penggunaan limbah beling dan kapuk dapat mempengaruhi kekuatan batako secara keseluruhan sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut.

Ketahanan batako dengan cuaca yang tidak menentu perlu diuji lebih lanjut.

Opportunity

Kesadaran masyarakat terhadap produk ramah lingkungan dapat menjadi peluang besar.

Peluang untuk bekerja sama dengan perusahaan konstruksi untuk pengembangan lebih lanjut.

Dukungan regulasi pemerintah dalam penggunaan material daur ulang dan berkelanjutan.

Peluang kerja sama proyek untuk mendukung bangunan hijau.

Threat

Persaingan pasar dengan spesifikasi yang lebih baik.

Persepsi negatif masyarakat dalam penggunaan limbah sebagai bahan baku.

Perubahan kebijakan antara penggunaan limbah dan konstruksi yang dapat menghambat proses produksi.

Perubahan harga bahan baku apabila permintaan tinggi.

.

KESIMPULAN

Di era perkembangan industri dan pembangunan yang pesat, masalah polusi suara menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari. Banyaknya kendaraan dan suara dari alat-alat industri di lingkungan dapat menimbulkan kebisingan yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Di samping itu, keberadaan limbah beling dan kapuk yang kurang termanfaatkan dapat dijadikan alternatif untuk peredam suara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, SHAR-K BRICKS hadir untuk menjadi solusi antara masalah kebisingan dan pengolahan limbah. SHAR-K BRICKS adalah inovasi produk batako dengan bahan kimia hijau dari limbah beling dan kapuk untuk bahan konstruksi bebas kebisingan.

Inovasi ini harapannya mendapatkan dukungan dan perhatian lebih banyak dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat agar dapat menjadi model bagi industri berkelanjutan dan berkontribusi positif dalam aksi restorasi bumi.

DAFTAR PUSTAKA.

Alawiyah, I. T., Mukhlishin, A. & Nawawi, M. A., 2021. Pendampingan Komunitas Karang Taruna dalam Pembuatan Kaligrafi dengan Media Limbah Kaca. Wisanggeni: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), pp. 11-22.

Chaiarrekij, S., Apirakchaiskul, A., Suvarnakich, K. & Kiatkamjornwong, d. S., 2012. Kapok I: Characteristics of Kapok Fiber as a Potential Pulp Source For Papermaking. Bioresources, Volume 7, pp. 475-488.

Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.

Dirjen Perkebunan Deptan, 2006. Pedoman Budidaya Kapuk. s.l.:s.n.

Eriningsih, R., Widodo, M. & Marlina, R., 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Peredam Suara dari Bahan Baku Serat Alam. Arena Tekstil, Volume 29, pp. 1-8.

Fauziah, N. A., 2017. Analisis Kuat Tekan dan Daya Serap Air Pada Batako dengan Bahan Tambah Limbah Gypsum. Fakultas Teknik UMP, pp. 4-13.

Hamsa, L. J. A., 2016. Analisa Redaman Suara Komposit Resin Polyester yang Berpenguat Serbuk Kayu Jati. ENTHALPY, pp. 1-8.

Laksono, A. D., Ernawati, L. & Maryanti, D., 2019. Pengaruh Fraksi Volume Komposit Polyester Berpenguat Limbah Serbuk Kayu Bangkirai Terhadap Sifat Material Akustik. Rekayasa Mesin, pp. 277-285.

Liu, J. & Wang, F., 2011. Influence of Mercerization on Micro-structure and Properties of Kapok Blended Yarns With Different Blending Ratios. J. of Eng. Fibers and Fabrics, 6(3), pp. 63-68.

Privera, H., Anwar, K. & Noviadi, P., 2023. Efektivitas Pemanfaatan Sampah Masker sebagai Peredam Suara. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 3(1), pp. 28-35.

Rahman, M. G., 2021. Analisis Pengaruh Penambahan Limbah Pecahan Kaca Terhadap Kuat Tekan pada Batako dan Perbandingan Batako Konvensional dengan Batako Penambahan Pecahan Kaca. Jurnal AKRAB JUARA, 6(5), pp. 200-209.

.

Centre for Development of Smart and Green Building (CeDSGreeB) didirikan untuk memfasilitasi pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di sektor bangunan melalui berbagai kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pelatihan. Selain itu, CeDSGreeB secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan kebijakan yang mendorong dekarbonisasi di sektor bangunan, khususnya di daerah tropis.

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 5 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 16

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment