A light bulb and coins on a green surface

Description automatically generated

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Bangunan Hijau

Last Updated: 30 December 2024By
📖 ࣪ Banyaknya pembaca: 11

A light bulb and coins on a green surface

Description automatically generated

Sumber: https://strong-indonesia.com/

Bangunan hijau, atau dikenal dengan istilah green building, merupakan konsep pembangunan yang berfokus pada penggunaan sumber daya alam yang efisien dan ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, bangunan hijau telah menjadi salah satu tren utama dalam dunia konstruksi karena dapat memberikan banyak manfaat, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Pada dasarnya, bangunan hijau tidak hanya berfokus pada desain dan material yang digunakan, tetapi juga pada cara bangunan tersebut beroperasi dan mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.

1. Manfaat Ekonomi dari Bangunan Hijau

a. Penghematan Energi

Salah satu keuntungan utama dari bangunan hijau adalah efisiensi energi yang dihasilkannya. Dengan menggunakan bahan bangunan yang lebih baik dalam menjaga suhu ruangan, misalnya dengan isolasi yang lebih baik dan jendela yang dirancang untuk meminimalisir panas matahari yang masuk, bangunan hijau dapat mengurangi ketergantungan pada sistem pendingin dan pemanas. Hal ini berdampak langsung pada pengurangan biaya energi, yang dalam jangka panjang bisa menghemat pengeluaran operasional bangunan.

b. Pengurangan Biaya Pemeliharaan

Bangunan hijau umumnya didesain dengan bahan dan teknologi yang lebih tahan lama dan mudah dirawat. Penggunaan teknologi hemat energi dan sistem pengelolaan air yang efisien juga mengurangi kebutuhan pemeliharaan rutin yang lebih mahal. Misalnya, dengan sistem atap hijau atau panel surya, pemilik bangunan dapat mengurangi biaya perawatan dan bahkan mengurangi biaya utilitas bulanan.

c. Peningkatan Nilai Properti

Bangunan hijau cenderung memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar properti. Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan ramah lingkungan, banyak pembeli dan penyewa yang lebih tertarik pada properti yang memiliki sertifikat hijau seperti LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) atau BREEAM (Building Research Establishment Environmental Assessment Method). Bangunan yang bersertifikat hijau dapat menawarkan keuntungan kompetitif yang lebih besar di pasar properti.

d. Akses ke Insentif dan Pendanaan

Di beberapa negara, termasuk Indonesia, ada berbagai insentif pajak dan bantuan pendanaan yang diberikan untuk proyek bangunan hijau. Pemerintah dan lembaga keuangan semakin mendukung pembangunan yang berkelanjutan karena dampaknya yang positif terhadap lingkungan dan perekonomian. Dengan adanya insentif ini, biaya awal untuk membangun bangunan hijau bisa lebih terjangkau, meskipun mungkin ada biaya lebih tinggi di awal pembangunan.

2. Manfaat Lingkungan dari Bangunan Hijau

a. Pengurangan Emisi Karbon

Bangunan hijau mengutamakan penggunaan teknologi yang dapat mengurangi jejak karbon. Misalnya, penggunaan sumber energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, atau pemanfaatan energi geotermal. Selain itu, dengan efisiensi energi yang tinggi, konsumsi bahan bakar fosil untuk pemanasan dan pendinginan juga dapat diminimalkan. Ini berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi atmosfer.

b. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Bangunan hijau memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari sumber daya alam yang terbarukan dan dikelola dengan cara yang berkelanjutan. Penggunaan material bangunan ramah lingkungan, seperti bambu, kayu dari hutan yang dikelola secara lestari, dan bahan daur ulang, sangat membantu dalam melindungi sumber daya alam. Selain itu, desain bangunan hijau sering kali mengintegrasikan teknologi yang memungkinkan pengelolaan air hujan, seperti sistem penampungan air hujan dan sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.

c. Meningkatkan Kualitas Udara dan Kesehatan Penghuni

Salah satu aspek penting dari bangunan hijau adalah peningkatan kualitas udara di dalam ruangan. Dengan ventilasi yang baik dan penggunaan material bebas bahan kimia berbahaya, bangunan hijau dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya. Tanpa polusi udara yang tinggi di dalam ruangan, penghuni bangunan akan lebih terhindar dari penyakit pernapasan dan kondisi kesehatan lainnya yang berkaitan dengan kualitas udara yang buruk.

d. Konservasi Alam dan Keanekaragaman Hayati

Banyak bangunan hijau mengintegrasikan unsur alam ke dalam desainnya, baik dengan menciptakan taman-taman vertikal maupun dengan menggunakan atap hijau yang tidak hanya bermanfaat untuk isolasi termal, tetapi juga sebagai tempat hidup bagi flora dan fauna lokal. Hal ini membantu mempertahankan ekosistem lokal dan meningkatkan keanekaragaman hayati di area perkotaan yang semakin padat.

3. Tantangan dalam Menerapkan Bangunan Hijau

Meskipun banyak manfaatnya, penerapan bangunan hijau masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah biaya awal yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan konvensional. Meskipun dalam jangka panjang dapat menghemat biaya operasional, banyak pengembang atau pemilik properti yang merasa enggan untuk berinvestasi pada teknologi hijau karena dianggap memerlukan modal yang lebih besar. Selain itu, masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai manfaat jangka panjang dari bangunan hijau juga menjadi hambatan.

Namun, dengan adanya dukungan dari pemerintah, lembaga swasta, dan organisasi internasional, diharapkan pembangunan bangunan hijau dapat menjadi lebih terjangkau dan lebih banyak diadopsi di masa depan. Pemerintah juga dapat berperan dalam memperkenalkan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan, baik melalui insentif pajak, peraturan, maupun kampanye kesadaran.

4. Kesimpulan

Bangunan hijau menawarkan banyak manfaat yang tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga pada perekonomian. Dari penghematan energi dan biaya operasional hingga peningkatan nilai properti dan pengurangan jejak karbon, bangunan hijau adalah investasi jangka panjang yang menguntungkan bagi penghuni dan lingkungan. Dengan semakin banyaknya dukungan dan kesadaran, diharapkan pembangunan bangunan hijau dapat lebih meluas dan menjadi standar dalam industri konstruksi di masa depan.

Daftar Referensi

United Nations Environment Programme (UNEP). (2017). Building Sustainability: A Global Review of Green Building Initiatives. United Nations.

Green Building Council Indonesia (GBCI). (2020). Panduan Sertifikasi Green Building. GBCI.

U.S. Green Building Council (USGBC). (2018). LEED v4 for Building Design and Construction. U.S. Green Building Council.

Environmental Protection Agency (EPA). (2020). Energy Efficiency in Green Buildings. EPA.

World Green Building Council. (2021). The Business Case for Green Building. World Green Building Council.

About the Author: Andi Sudarmanto

Seberapa bermanfaat artikel ini?

Klik pada bintang untuk memberi rating!

Rata-rata bintang 0 / 5. Jumlah orang yang telah memberi rating: 0

Belum ada voting sejauh ini! Jadilah yang pertama memberi rating pada artikel ini.

Leave A Comment